Suratal-Fatihah, awal surat dalam al-Qur'an itu ternyata menyiratkan perintah untuk belajar sejarah. Mungkin banyak yang tidak sadar, walau setiap hari setiap muslim pasti mengucapkannya. Tidak sekali bahkan. Tetapi banyak yang tidak menyadari sebagaimana banyak yang tidak mempunyai kesadaran untuk membaca, mengkaji, mendalami sejarah Islam.
ilmupengasih al fatihah. Anda telah berada ditempat yang tepat, apa yang anda cari selama ini akan anda dapatkan disini. Ketika anda menemukan artikel saya, ITU BUKANLAH KEBETULAN. silahkan dibaca dan disimak dengan baik, karena ketika anda menemukan artikel saya, itu berarti tuhan sudah menggerakan anda untuk membaca infromasi ini, di akhir artikel kami akan berikan tawaran special khusus
ABSTRAK Memahami problematika kehidupan manusia akan tampak dari ekspresi emosi seseorang saat menghadapi situasi yang tidak diinginkannya. Agar seseorang mampu dengan mudah menyelesaikan problematika tersebut, orang itu harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologinya sendiri. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan sistem psikologi manusia berdasarkan kajian tentang surat Al-Fatihah dengan kajian literatur. Kajian ini dilakukan dengan melakukan perbandingan kajian tafsir Al-Fatihah dengan choice theory dari William Glasser. Hasilnya menunjukkan bahwa Al-Fatihah dengan berbagai keistimewaannya mampu menjelaskan tentang psikologi manusia sebagai sebuah sistem yang terdiri dari input, proses, output, dan dampak yang menjelaskan bahwa kejiwaan manusia sebagai sebuah sistem psikologi untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Implikasi dari kajian ini akan merombak definisi terkait kesehatan mental maupun gangguan mental serta metode intervensi psikologi khususnya konseling berbasis psikologi Al-Fatihah. ABSTRACT Understanding the problem of human life will be seen from the expression that exists. In order for a person to solve the problem, the person must have proper knowledge of his own psychology. This article aims to explain the human psychology system based on valuing the letter of Al-Fatihah by literature review. This study was conducted by camparing Al-Fatihah commentary with choice theory of William Glasser. The result shows that Al-Fatihah with its various features is able to explain about human psychology as a system consisting of inputs, processes, outputs, and impacts factors. The impact of this sistem explain that human psychology system which is running well will lead to achieve the human true happiness. The implications of this study criticize the mental health and mental disorders concept and it could be usefull as a method used in counseling psychology based on Al-Fatihah psychology. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 107 PSIKOLOGI AL-FATIHAH Solusi untuk Mencapai Kebahagiaan yang Sebenarnya Eko Hardi Ansyah Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ekohardiansyah Cholichul Hadi Universitas Airlangga Surabaya ABSTRAK Memahami problematika kehidupan manusia akan tampak dari ekspresi emosi seseorang saat menghadapi situasi yang tidak diinginkannya. Agar seseorang mampu dengan mudah menyelesaikan problematika tersebut, orang itu harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologinya sendiri. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan sistem psikologi manusia berdasarkan kajian tentang surat Al-Fatihah dengan kajian literatur. Kajian ini dilakukan dengan melakukan perbandingan kajian tafsir Al-Fatihah dengan choice theory dari William Glasser. Hasilnya menunjukkan bahwa Al-Fatihah dengan berbagai keistimewaannya mampu menjelaskan tentang psikologi manusia sebagai sebuah sistem yang terdiri dari input, proses, output, dan dampak yang menjelaskan kejiwaan manusia sebagai sebuah sistem psikologi untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Implikasi dari kajian ini akan merombak definisi terkait kesehatan mental maupun gangguan mental serta metode intervensi psikologi khususnya konseling berbasis psikologi Al-Fatihah. Kata Kunci Gangguan mental, Kesehatan mental, Konseling berbasis Psikologi Al-Fatihah, Psikologi Al-Fatihah PENDAHULUAN Problematika kehidupan, apapun bentuknya akan terlihat dari ekspresi emosi seseorang saat menghadapinya. Emosi positif ataukah negatif. Apakah seseorang mampu menikmati hidup ataukah menderita dalam hidup akan tampak dari ekspresi emosi positif atau negatifnya sehari-hari. Individu bisa mengevaluasinya sendiri melalui pertanyaan tentang frekuensi, durasi, dan intensitas dari emosi mana yang setiap hari mewarnai hidup, sebagaimana memahami frekuensi, durasi, dan intensitas emosi bisa digunakan untuk mengukur tingkat emosi amarah seseorang Beck & Fernandez, 1998. Frekuensi merujuk pada seberapa sering emosi tersebut muncul. Durasi menunjukkan seberapa lama emosi tersebut terjadi. Sedangkan intensitas, seberapa kuat emosi tersebut dialami oleh seseorang. Contoh emosi positif adalah bahagia. Dalam sehari, seberapa sering kita merasa bahagia? frekuensi; saat kita merasa bahagia dalam sehari, berapa lama bahagia tersebut muncul? durasi; dalam sehari, saat kita bahagia, seberapa kuat perasaan tersebut kita alami? Intensitas. Jika dibandingkan dengan emosi negatif, contoh marah Dalam sehari, seberapa sering kita marah? frekuensi; saat kita marah, berapa lama marah tersebut muncul? durasi; dalam sehari, saat kita marah, seberapa kuat perasaan tersebut kita alami? Intensitas. Nah sekarang, mana yang lebih Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 108 dominan, emosi positif ataukah negatif? Semakin dominan emosi negatif muncul menunjukkan semakin menderitanya kita dalam hidup. Sebaliknya, semakin dominan emosi positif atau kebahagiaan, kita akan semakin merasakan nikmatnya hidup ini. Apakah ini yang kita inginkan? Saya yakin semuanya akan memilih emosi positif yang mendominasi kehidupan kita. Namun kenyataannya tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan kita di jaman ini didominasi dengan emosi negatif, di banyak konteks kehidupan. Dalam konteks ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik Gautama, 2016. Yang lebih miris adalah saat emosi negatif ini sudah mendominasi dunia pendidikan kita. Sudah banyak kasus kekerasan yang terjadi di sekolah, baik itu dilakukan oleh guru pada siswa, ataupun dalam bentuk bullying sesama siswa 2014. Semua itu tentunya dilakukan dengan ekspresi emosi negati, misalnya marah. Padahal pendidikan adalah konteks penting dalam membangun karakter siswa, termasuk dalam membangun jiwa entrepreneurship yang saat ini sedang digalakkan pemerintah dalam melaksanakan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA Hadi, Wekke, & Cahaya, 2015. Alquran sebagai pedoman hidup orang muslim sebenarnya sudah memberikan solusi bahwa seorang muslim akan senantiasa diliputi kebahagiaan, kesabaran, dan semangat hidup yang tinggi. Emosi positif ini jelas dapat kita temukan dalam surat Al-Fatihah. Lantas apa hubungan surat Al-Fatihah dengan pilihan emosi positif. Hamka 1982 menyampaikan bahwa surat Al-Fatihah memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan surat yang lain. Yang pertama dia disebut dengan fatihatul kitab atau pembukaan kitab, karena kitab Alquran dimulai atau dibuka dengan surat ini. Yang kedua surat Al-Fatihah merupakan bacaan wajib dalam sholat lima waktu sehingga menjadi tidak syah sholat yang tidak membaca surat ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori – Muslim “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab Al Fatihah” HR. Bukhari dan Muslim. Keistimewaan yang ketiga adalah surat Al-Fatihah ini adalah satu surat yang pertama kali diturunkan secara lengkap kepada Nabi Muhammad SAW. Meskipun lima ayat pertama dari surat al-alaq terlebih dahulu turun, kemudian pangkal surat ya ayyuhal muddatstsir, kemudian ya ayyuhal muzzammil, namun turunnya ayat-ayat tersebut terpotong-potong. Hal ini menunjukkan bahwa makna surat Al-Fatihah secara lengkap tidak bisa dibuat terpotong-potong perayat tapi satu kesatuan dalam satu surat. Yang keempat Al-Fatihah dianggap sebagai tujuh yang diulang-ulang. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hijr ayat 87 menurut Ibnu Katsir. Karena surat Al-Fatihah dengan ketujuh ayatnya selalu diulang-ulang tiap-tiap rakaat sholat, fardhu maupun sunnah. Yang kelima, dia disebut sebagai ummul kitab oleh Imam Bukhari seperti yang disebutkan dalam permulaan tafsirnya karena dia yang pertama kali ditulis dalam semua mushaf dan yang mulai dibaca dalam sholat. Yang keenam Al-Fatihah disamakan dengan sebutan dengan al-waqiyah pemelihara dari kesesatan karena surat ini mencukupi surat yang lain, sedang surat-surat yang lain tidak mencukupi kalau tidak bertali dengan nya. Disebut juga dengan surat al-kanz perbendaharaan, al-wafiyah yang Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 109 melengkapi, al-hamd puji-pujian, dan as shalah sholat. Sedangkan yang ketujuh adalah di dalam surat Al-Fatihah terdapat pokok ajaran Islam yang sejati, yang menjadi pokok dari segala pelajaran, yaitu Tauhid, telah menjadi isi dari ayat-ayatnya, mulai dari yang pertama hingga yang ketujuh. Berdasarkan keistimewaan-keistimewaan dari surat Al-Fatihah tersebut dan sesuai dengan firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 2 bahwa Alquran merupakan petunjuk bagi hambaNya yang bertaqwa. Yang berarti, “Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” QS. Al-Bawarah 2. Dalam surat shad ayat 29 juga menunjukkan bahwa ada banyak berkah di dalam A-Qur’an jika kita mau memperhatikan, membaca, memahami supaya mendapat pelajaran jika kita ingin menggunakan pikiran kita. Yang artinya, “Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” QS. Shad 29. Demikian pula dalam surat yunus ayat 57 bahwa Alquran merupakan pelajaran untuk menyembuhkan penyakit-penyakit yang berada di dalam dada manusia dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” QS. Yunus 57. Oleh karena itu, mempelajari surat Al-Fatihah adalah suatu studi penting yang akan membawa kita kepada terhindarnya emosi negatif yang membawa pada penderitaan hidup, dan membawa kita kepada kebahagiaan yang membawa kita pada kenikmatan hidup sebagaimana bunyi Firman Allah dalam surat Al-Fatihah ayat 7 "yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat". QS. Al-Fatihah 7 Choice theory merupakan teori psikologi yang dikemukakan oleh William Glasser 11 Mei 1925 – 23 Agustus 2013. Choice theory adalah suatu cara untuk mencapai kebebasan individual personal freedom dengan membuat keputusan yang bertanggung jawab yang menjelasan perilaku manusia berdasarkan motivasi internal Glasser, 1998. Terbentuknya perilaku manusia diawali dengan adanya 5 kebutuhan dasar Basic needs, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan untuk berkuasa, kebutuhan untuk menjadi orang yang bebas, dan kebutuhan untuk bersenang-senang. Kebutuhan ini sepanjang hidup manusia ada yang terpenuhi dan yang tidak berdasarkan persepsi seorang terhadap dunianya perceived world kemudian menjelma menjadi the quality world atau dunia kualitas. Seorang individu kemudian akan membandingkan antara dunia yang dipersepsikannya apakah sesuai dengan dunia kualitanya Comparing place. Upaya ini pasti akan menghasilkan kesejangan yang akan memicu seseorang untuk berperilaku total behavior. Dalam konsep perilaku total ini, Glasser secara gamblang menyampaikan bahwa ada empat komponen dalam perilaku manusia ini, yaitu perasaan feeling, fisiologi physiology, Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 110 pikiran thinking, dan tindakan acting. Namun, masing-masing ini berhubungan seperti sebuah sistem dimana perasaan dan fisiologi adalah output dari pilihan seseorang atas apa yang dipikirkan dan tindakannya. Penulis melihat bahwa pendapat William Glasser sebagai sebuah sistem yang memiliki elemen input, proses, output, dan dampak. Inputnya adalah kebutuhan dasar, prosesnya melalui quality world, perceived world, dan comparing place. Adapun ouputnya adalah pikiran, dan tindakan. Sedagkan terakhir dampaknya adalah pada perasaan dan fisiologis seseorang. Namun, penulis melihat ada kesenjangan yang cukup lebar untuk menjawab dimana posisi Allah sebagai Tuhan yang Maha berkehendak terhadap perilaku manusia dari teori ini. Choice theory belum menyinggung tentang eksistensi Tuhan, walaupun ada konsep kebutuhan mencintai dan dicintai yang bisa diarahkan pada objek Tuhan dalam diri seseorang. Di sisi lain, Allah menempatkan Al-Fatihah memiliki banyak keistimewaan dan mewajibkannya untuk dibaca pada perintah agama Islam yang paling penting, yaitu sholat. Ada 17 rakaat wajib sholat dalam sehari semalam dan sholat seharusnya juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Rumusan masalahnya adalah bagaimana konsep Al-Fatihah sebenarnya menjelaskan tentang psikologi manusia, bagaimana konsep kesehatan mental serta gangguan mental yang ditawarkan oleh surat Al-Fatihah serta bagaimanah implementasi konsep psikologi Al-Fatihah ini dalam proses konseling. METODE Untuk menjawab masalah penelitian tersebut, penulis melakukan literatur review terhadap tafsir yang menjelaskan tentang Al-Fatihah, khususnya tafsir al-azhar Hamka, 1982. Penulis kemudian membandingkan kajian Al-Fatihah ini dengan sistem psikologi dari choice theory menurut William Glasser dengan menggunakan empat elemen sistem, yaitu input, proses, output, dan impact. Dengan menggunakan empat elemen ini, peneliti menganalisis kandungan surat Al-Fatihah terhadap urusan psikologi seseorang. HASIL ANALISA INPUT Proses Output Impact Dimensi Kognitif Keyakinan akan sifat AllahMaha Pengasih dan PenyayangTuhan Penguasa Alam SemestaPenguasa Hari PembalasanDimensi Perilaku Menyembah AllahDimensi Komunikasi Memohon pertolonganJalan yang lurus KebahagiaanTidak marahSemangat tinggi untuk belajar Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 111 Pengertian Psikologi Al-Fatihah Kebahagiaan adalah bahan kajian yang dikembangkan dalam ilmu psikologi kontemporer saat ini, yaitu psikologi positif. Menurut Seligman Presiden Asosiasi Psikologi Amerika tahun 1998, Psikologi bukan hanya studi tentang kelemahan dan kerusakan; psikologi juga adalah studi tentang kekuatan dan kebajikan. Pengobatan bukan hanya memperbaiki yang rusak; pengobatan juga berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita.” Misi Seligman ialah mengubah paradigma psikologi, dari psikologi patogenis yang hanya berkutat pada kekurangan manusia ke psikologi positif, yang berfokus pada kelebihan manusia. Dimana untuk mengkaji hal tersebut, Seligman menyampaikan konsep tentang pentingnya kebahagiaan bagi manusia yang memiliki banyak pengaruh terhadap kualitas hidup manusia. Di dalam surat Al-Fatihah, sebenarnya tercakup apa yang yang menjadi tujuan dari Seligman tentang pentingnya kebahagiaan bagi manusia dan pengaruhnya bagi kualitas hidup manusia. Dengan menggunakan analisis sistem, mulai dari input, process, ouput, dan impact, justru di dalam surat Al-Fatihah, kebahagiaan adalah sesuatu yang seharusnya menjadi hak manusia. Yang menegaskan bahwa manusia sebagai makhluk Allah, seharusnya mampu merasakan nikmat Allah, nikmat hidup, kebahagian baik didunia maupun di kehidupan setelah mati. Al-Fatihah sudah menjelaskan bahwa kebahagiaan merupakan sebuah dampak dari sistem psikologi manusia. Surat Al-Fatihah juga menjelaskan komponen-komponen psikologi seperti perasaan, tindakan, komunikasi, dan pikiran. Kebahagiaan yang dijelaskan oleh Al-Fatihah adalah kebahagiaan yang sempurna, yaitu kebahagiaan yang diikuti dengan dua perasaan yang lain. Dua perasaan tersebut adalah tidak adanya emosi marah, dan hadirnya semangat belajar menjadi lebih baik. Oleh karena itu, diambillah terminologi psikologi Al-Fatihah, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari kejiwaan manusia sebagai sebuah sistem psikologi untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Sistem Psikologi Manusia Ibaratkan sebuah mobil, psikologi manusia memiliki sebuah sistem yang terdiri dari input, proses, hasil, dan dampak. Dalam sebuah mobil, inputnya adalah bahan bakar, prosesnya adalah pengapian, sedangkan hasilnya adalah gaya dorong mesin mobil. Dampak dari gaya dorong mesin tersebut, mobil bisa bergerak. Semakin kuat dorongan tersebut, semakin cepat mobil bergerak. Semakin cepat mobil bergerak, juga semakin nyaman mobil tersebut dikendarai, orang akan menilainya bahwa mobil tersebut akan semakin berkualitas dan jelas. Apa yang terjadi dalam diri manusiapun juga demikian. Kualitas diri seseorang bisa dilihat dari dampak dari sistem psikologi yang terjadi di dalam diri orang tersebut. Dampak tersebut adalah emosi. Jika dampak yang tampak adalah emosi positif, semakin positif emosi seseorang, semakin orang tersebut akan merasakan kualitas dirinya yang semakin tinggi. Termasuk juga orang-orang yang berada disekitarnya. Sebaliknya, jika emosi negatif yang keluar sebagai dampak, orang tersebut akan merasakan kualitas dirinya semakin buruk pun demikian orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam psikologi Al-Fatihah emosi yang positif terdiri dari tiga emosi utama, yaitu bahagia, sabar/ tidak marah, dan semangat. Adapun emosi yang negatif terdiri dari 3 emosi utama, yaitu sedih/kecewa, marah, dan malas. Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 112 Elemen Dampak dalam Sistem Psikologi Al-Fatihah Dalam sistem psikologi Al-Fatihah, emosi merupakan bagian dari dampak atas sistem psikologi beradasarkan cerminan ayat ke-7 yaitu Artinya "yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat". QS. Al-Fatihah 7 Ayat tersebut menunjukkan bahwa seharusnya manusia memiliki dimensi perasaan yang terdiri dari tiga hal, yang pertama adalah bahagia karena diberi nikmat, yang kedua adalah tidak marah agar tidak dimurkai oleh Allah , dan yang ketiga adalah memiliki semangat yang tinggi untuk belajar agar tdak menjadi orang yang sesat. Perasaan bahagia, tidak marah, dan motivasi adalah ciri dari orang yang didalam konsep psikologi disebut dengan sehat mental. Hal ini sejalan dengan konsep sehat mental menurut Zakiah Daradjat bahwa Sehat mental Menurut Zakiah Daradjat, adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup. Orang yang mampu menyesuaikan diri, tidak akan ada amarah dalam dirinya, karena dia bisa menyesuaikan diri. Memanfaatkan potensi dan bakat juga tidak akan tampak jika tidak ada semangat. Sama juga dengan konsep 3 emosi positif dalam surat Al-Fatihah jika dihubungkan dengan dari ketetapan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tentang 9 kriteria orang yang sehat mental, yaitu Efisiensi mental, Pengendalian dan Integrasi antara pikiran dan perilaku, Integrasi motif serta mampu mengendalikan konflik & frustrasi, Perasaan dan emosi yang positif dan sehat, Ketenangan dan kedamaian pikiran, Sikap yang sehat jauh dari pesimisme, putus asa, dsb, Konsep diri Self concept yang sehat, Identitas Ego yang tepat dan seimbang, Hubungan yang tepat dengan kenyataan realita. Definisi ini jelas terangkum dari 3 perasaan yang muncul dalam surat Al-Fatihah tadi, bahagia, tidak marah, dan penuh semangat belajar. Dengan kata lain, gabungan 3 dimensi perasaan ini sebenarnya bisa mengarahkan manusia pada sisi manusia yang baik, dan sebaliknya adalah sisi manusia yang jahat. Pada diri seorang perampok, apakah dia bahagia saat melakukan aksinya? Bisa jadi ya atau tidak. Tapi kita tidak akan pernah menemukan perampok yang menodongkan senjatanya tanpa ekspresi marah. Selain itu, dia pasti orang yang malas untuk melakukan kegiatan lain yang baik dan halal. Orang yang di dalam kehidupan sehari-harinya diliputi rasa bahagia, tidak gampang marah, dan memiliki semangat belajar adalah orang yang sehat mentalnya dan jauh dari penyakit mental. Seharusnya inilah yang menjadi ciri seorang muslim. Sebaliknya orang yang sehari-harinya diliputi kesedihan, amarah, dan malas adalah orang yang sedang dilanda sakit mental, semakin sering frekuensinya, semakin lama durasinya, dan semakin intens perasaan Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 113 tersebut muncul semakin parah sakit mental yang dialaminya. Berdasarkan dominansi perasaan, kita juga bisa membedakan, individu mana yang berkualitas dan yang tidak. Tiga perasaan ini adalah jawaban dari doa yang kita panjatkan pada Allah seperti yang tercantum dalam Al-Fatihah ayat 6, “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”. Sedangkan kita membaca surat Al-Fatihah 17 kali dalam sehari minimal dari 17 rakaat 5 sholat wajib, belum lagi jika sholat sunnah. Artinya jika seorang muslim masih belum didominasi 3 perasaan utama dampak sistem psikologi Al-Fatihah maka dia adalah orang yang merugi. Ibaratkan seseorang yang sedang haus, kemudian dia pergi ke warung untuk memesan satu gelas es jeruk, 17 kali orang tersebut pesan, namun tidak pernah satu gelaspun dia minum. Suatu perbuatan yang sia-sia. Oleh karena itu, saat ada anak kecil melakukan perbuatan yang tidak diinginkan orang tuanya, kemudian orang tuanya marah, pantaskah itu? Jika ada siswa datang ke sekolah lupa membawa buku, kemudian guru tersebut marah-marah, bukankah ini juga termasuk perbuatan yang sia-sia? Elemen Hasil atau Output dalam Sistem Psikologi Al-Fatihah Dampak adalah efek lebih lanjut dari adanya output atau hasil. Artinya hasil ini sebenarnya adalah prakondisi yang harus ada. Lantas pra kondisi apa yang harus tersedia agar rasa bahagia, tidak marah dan semangat sebagai dampak bisa muncul. Surat Al-Fatihah ayat 6 menjelaskan hal ini. Artinya “Tunjukilah kami jalan yang lurus” QS. Al-Fatihah 6 Orang yang senantiasa tindakan dan pikirannya berada di jalan yang lurus seharusnya akan diliputi dengan kebahagiaan, tidak mudah marah, dan semangat yang tinggi dalam bertindak. Mengapa demikian, seperti yang disebutkan oleh Prof. Hamka Hamka, 1982, ada 4 jalan lurus yang dimohonkan pada Allah, yang pertama adalah Al-Irsyad dianugerahi kecerdikan dan kecerdasan, kedua at-Taufiq berkesesuaian hendaknya dengan apa yang direncanakan Tuhan, ketiga al-Ilham petunjuk supaya dapat mengatasi sesuatu yang sulit, dan keempat ad-Dilalah Ditunjukkan dalil-dalil dan tanda-tanda dimana tempat bahaya, dimana yang tidak boleh dilalui, dan sebagainya. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebahagiaan seorang muslim, bagaimana dirinya menjadi orang yang sabar atau tidak mudah marah, dan semangat dalam dirinya adalah hidayah dari Allah Hadi, 2008. Jika Allah sudah memberikan kecerdasan, kehendak kita sesuai dengan rencana Allah, ada petunjuk untuk mengatasi sesuatu hal yang sulit, dan ditunjukkan tanda-tanda tempat yang berbahaya, maka apalagi yang bisa membuat perasaan kita sedih, marah, dan malas dalam menjalani kehidupan ini. Kecerdasan banyak dibahas oleh ilmuan psikologi barat dengan indikasi IQ Intelligence Quotient, bahkan saat ini sudah berkembangan menjadi EQ Emotional Quotient, SQ Spiritual Quatient, dan Multiple Intelligence Kecerdasan majemuk. Semua bentuk kecerdasan mengarah pada kemampuan seseorang atau kapasitas mental seseorang dalam berfikir sehingga bisa menemukan solusi atas setiap masalah yang dihadapi. Jika semua masalah kita Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 114 bisa diselesaikan, perasaan kita pasti bahagia, jelas tidak ada marah, dan pasti kita akan hidup dengan lebih bersemangat. Lantas bagaimana kita bisa mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus tersebut. Al-Fatihah menjelaskannya di ayat yang ke-5. Elemen Proses dalam Sistem Psikologi Al-Fatihah Al-Fatihah ayat 5 berbunyi sebagai berikut Artinya "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan". QS. Al-Fatihah 5. Jika ingin berjalan di jalan yang lurus, jika ingin Allah mengabulkan permohonan kita agar ditunjukkan ke jalan yang lurus, kita perlu melakukan 2 hal ini. Menyembah Allah dan sekaligus memohon pertolongan kepada Allah. Pertanyaannya kemudian, seperti apa menyembah Allah tersebut? Prof. Hamka lebih cenderung mengartikan menyembah sebagai ibadat yang bermakna memperhambakan diri dengan penuh keinshafan dan kerendahan serta dipatrikan lagi dengan cinta pada Allah. Secara psikologis, ayat ini mengandung 2 dimensi, yaitu dimensi perilaku manusia yang didasarkan atas cinta kasih, kerendahan, dan keikhlasan kita pada Allah bisa bermakna ibadah. Yang kedua adalah dimensi komunikasi, yaitu bagaimana kita berkomunikasi dengan Allah melalui doa yang kita panjatkan kepadaNya. Dimensi perilaku mengarahkan manusia harus melakukan sesuatu dalam hidupnya, bergerak, dan bertindak untuk berbuat baik, dengan kata lain adalah ibadah. Bagaimana bisa ibadah, karena apapun yang kita lakukan, gerakkan, dan tindakan kita adalah untuk menyembah Allah. Apa yang kita ibadahkan hendaknya bisa menutupi apa yang ada di dalam rukun Islam yang lima, yaitu bersyahadat, sholat, puasa, zakat, dan naik haji. Terkait dimensi komunikasi, ini adalah dimensi yang tidak bisa kita lepaskan dari dimensi perilaku sebelumnya. Karena dengan komunikasi inilah, yang akan menjamin adanya kedekatan yang kuat antara kita dan Allah sebagai Tuhan kita. Tidak hanya dalam konteks hablum minallah, tapi juga dalam konteks hablum minannas. Berbuat baik dalam konteks hablum minannas, bisa dalam bentuk apapun tapi yang jelas sebagaimana dalam rukun Islam, berbuat baik pasti dituntut melakukan pengorbanan. Jadi agar kita bisa berbuat baik dengan orang lain, maka kita perlu mengorbankan waktu, tenaga, kebutuhan pribadi, dan bisa juga finansial. sepertihalnya saat kita sholat, kita harus mengorbankan waktu. Saat puasa, kita harus mengorbankan kebutuhan makan, minum, dan seksual. Demikian pula pada zakat, harta yang harus kita korbankan. Bahkan saat haji pun semuanya akan kita korbankan. Demikian pula saat mencuci piring, akan bisa diartikan berbuat baik karena kita sudah mengorbankan waktu dan tenaga kita untuk anak atau istri. Jika hal ini digabungkan dengan dimensi komunikasi yang baik, akan tercipta kedekatan yang kuat antara kita dengan istri, anak, teman, guru, siswa, tetangga, hingga rekan kerja, maupun juga dengan siapapun dan inilah yang akan membawa pada kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan yang juga diikuti dengan kesabaran serta semangat belajar untuk mengembangkan diri. Ibadah dimensi perilaku/perbuatan yang baik yang Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 115 dibagabung dengan doa dimensi komunikasi yang baik akan menghasilakan kedekatan kita dengan Allah Tuhan pencipta kita. Maka jika kita dekat dengan-Nya, apalagi yang membuat perasaan ini menjadi tidak bahagia. Perbuatan dan komunikasi yang baik juga seharusnya tidak lepas dari perbuatan dan komunikasi yang bisa membuat orang lain akan merasa bahagia, tidak marah, dan lebih bersemangat dalam hidupnya untuk mengembangkan diri. Bisa dibayangkan jika hal ini dilakukan oleh para orang tua dan guru di sekolah serta para pemimpin negeri ini. Bukan ancaman, intimidasi atau bahkan hukuman yang justru membuat orang lain menjadi sedih atau kecewa, marah, atau mengalami demotivasi dalam konteks edukasi. Demikian itulah aspek proses dari sistem psikologi Al-Fatihah. Semakin sering kita menerapkannya semakin dekat kita akan dikabulkannya doa, “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”. Hanya dengan memaksimalkan dimensi perilaku baik dan berkomunikasi yang baiklah semua masalah akan bisa diatasi. Semakin kita banyak berbuat baik dan berkomunikai yang baik, maka akan memberikan output petunjuk ke jalan yang lurus. Dengan petunjuk Allahlah kita akan merasakan dampak tercapainya dimensi perasaan bahagia, tidak marah, dan semangat belajar. Elemen Input dalam Sistem Psikologi Al-Fatihah Aspek input ini adalah dimensi kognitif dalam diri manusia. Apa yang menyelimuti pikiran seseorang. Bagi seorang montir sepeda motor, apa yang menyelimuti dalam pikirannya pasti pengetahuan tentang mekanisme sepeda motor tersebut. Dengan pengetahuannya ini, akan muncul kepercayaan diri dan keberanian untuk melakukan servis pada sepeda motor yang mengalami kerusakan. Bagi seseorang yang capek setelah jauh berlari, aspek kognitif ini bisa menjadi tempat bersandar yang empuk dan kuat untuk melepas lelah. Apa yang kita yakini terhadap sesuatu hal akan mempengaruhi cara kita bertindak dan berkomunikasi dengan dan tentang hal tersebut. Seperti halnya montir tentang sepeda motornya ataupun seorang dokter tentang penyakit pada pasiennya. Nah tentang manusia terhadap dirinya pun dia harus meyakini sesuatu. Agar manusia bisa bahagia, harus ada keyakinan tentang siapa sebenarnya yang menciptakannya, siapa yang merawatnya, dan bagaimana semua itu berproses. Al-Fatihah menjelaskan tentang aspek input ini berupa dimensi kognitif tentang Allah dan sifat-sifat-Nya. Seperti yang tertuang dalam ayat 1-4, yaitu Artinya "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan". QS. Al-Fatihah1-4. Ayat ini menegaskan tentang dimensi kognitif yang ada di dalam pikiran kita. Keyakinan kita akan sifat-sifat Allah inilah yang justru akan menjadi bahan bakar yang paling efektif agar dalam proses psikologi kita berjalan dengan baik dan maksimal. Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 116 Ada tiga sifat Allah yang disebutkan dalam ayat 1-4 ini, yaitu yang pertama adalah arrahman dan arrahiim Maha Pengasih dan Maha Penyayang, rabbil alamiin Tuhan sekalian alam, dan maliki yaumiddiin Penguasa Hari Pembalasan. Saat kita meyakini bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang kita pasti secara sadar yakin bahwa Allah akan memberikan segala hal yang baik-baik bagi hambaNya, tidak akan memberikan yang jelek-jelek, pasti akan memberikan yang bermanfaat, bukan yang memberikan kerugian. Jika ini yang pertama kita yakini, apalagi yang membuat kita merasa tidak bahagia dan bersedih, jika semua hal yang baik-baik diberikan kepada kita semua. Kemudian jika kita yakin bahwa Allah kita beri puji-pujian sebagai bentuk pengakuan bahwa tidak ada Tuhan yang bisa melakukan hal apapun kecuali Allah, lantas apalagi yang membuat kita marah ketika apa yang kita inginkan tidak terpenuhi atau ada kesulitan yang kita hadapi, bukankah tidak ada satu helai daunpun yang jatuh tanpa sepengetahuan Allah. Terakhir adalah jika kita yakin hanya Allah yang menguasai hari pembalasan, apakah pantas kita menjadi orang yang putus asa, malas, dan tidak mau melakukan sesuatu? Jelaslah bahwa sebenarnya tidak ada yang sia-sia dari apa yang kita lakukan, walaupun itu sebesar biji dzarrah. Dimensi perilaku dan komunikasi Proses yang didasarkan atas dimensi kognitif input karena Allah akan melahirkan keTauhidan yang bisa membawa kita pada petunjuk ke jalan yang lurus output yang jelas selanjutkanya akan membawa kita pada kebahagiaan yang sesungguhnya impact. Kita melakukan sholat karena Allah ini adalah ibadah, kita puasa, kita zakat, bahkan kita mencuci piring, menyapa teman bisa bermakna ibadah jika karena Allah. Kita berkomunikasi dengan tekan akan bermakna doa yang akan membawa kita kepada kebahagiaan yang sesungguhnya jika dalam pikiran kita diselimuti sifat-sifat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Tuhan Sekalian Alam, dan Penguasa Hari Pembalasan. Kesehatan Mental William Glasser menyampaikan pendapatnya tentang orang yang sehat mental, yaitu Anda termasuk orang yang sehat mental jika Anda mampu menikmati saat-saat bersama dengan sebagian besar orang yang Anda kenal, terutama dengan orang-orang yang berharga dalam kehidupan Anda seperti keluarga dan sahabat. Anda umumnya menyukai sesama manusia dan memiliki keinginan yang lebih untuk membantu anggota keluarga, teman, atau kolega yang tidak bahagia hingga bisa merasa lebih baik. Anda mampu menjalani sebagian besar hidup Anda terbebas dari rasa tegang, sering tertawa, dan jarang menderita karena rasa sakit atau pilu, karena Anda menganggap sebagian besar orang juga menerimanya sebagai bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari. Anda bisa menikmati hidup Anda dan tidak ada masalah untuk menerima orang lain yang berbeda dengan Anda. Berikutnya adalah Anda masih berpikir untuk bagaimana mengkritik atau mencoba merubah seseorang. Anda memiliki kreatifitas terkait apa yang sedang Anda kerjakan dan bisa lebih menikmati potensi yang ada Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 117 dalam diri Anda. Terakhir, walaupun Anda berada dalam situasi yang sulit sehingga Anda menjadi merasa tidak bahagia – karena tidak ada seorangpun yang bisa bahagia di setiap saat – Anda bisa mengetahui mengapa Anda merasa tidak bahagia dan Anda akan berusaha melakukan sesuatu agar bisa bahagia. Anda bahkan mungkin saja cacat secara fisik, seperti aktor Christopher Reeve, namun Anda masih mampu memenuhi kriteria sehat mental di atas. Glasser, 2003. Berdasarkan pendapat tersebut tampak bahwa sebenarnya orang yang memenuhi sehat mental adalah yang memiliki perasaan bahagia dan bisa menikmati hidupnya. Namun, menurut Al-Fatihah, orang yang sehat mental bisa menjadi lebih sempurna namun sederhana dan mudah untuk dipahami. Sehat mental adalah sebuah kondisi dimana seseorang yang senantiasa memiliki perasaan bahagia karena merasakan adanya nikmat, tidak marah atau sabar, dan memiliki semangat untuk terus mengembangkan diri dalam rangka menyampaikan komunikasi dan perilaku yang baik berdasarkan keimanan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Robbul Alamiin, dan Penguasa Hari Pembalasan. Menjadi orang yang sehat mental cukup sebenarnya menyatukan tiga perasaan berikut dalam diri individu dan jangan terpisahkan satu dengan yang lain, yaitu bahagia, tidak marah, dan semangat belajar. Kehilangan salah satu dari tiga perasaan ini, apalagi tiga-tiganya sudah bisa mengindikasikan jauhnya seseorang dari nikmatnya hidup. Gangguan Mental Gangguan mental adalah kondisi yang berbanding terbalik dengan sehat mental. Jadi menurut Psikologi A-fatihah menjadi lebih gamblang bahwa orang yang senantiasa diliputi rasa sedih, marah, dan malas. Semakin sering, semakin dalam, dan semakin lama seseorang mengalami perasaan ini maka semakin parah sebenarnya gangguan mental yang dialaminya. Dalam taraf yang lebih rendah sebenarnya juga bisa disebutkan bahwa orang sekali saja merasa sedih atau kecewa, merasa marah, ataupun malas untuk berbuat seseatu kebaikan hal ini juga menunjukkan adanya gangguan mental yang rendah. Seperti halnya fisik yang mengalami gangguan ringan dengan batuk atau bersin karena ada penyakit yang masuk dalam dirinya. Dengan kata lain, saat sekli rasa sedih, marah, dan malas, jika salah satunya muncul, ini menunjukkan sebuah early warning system dalam sistem psikologi kita bahwa kita sudah harus melakukan sesuatu untuk mengobatinya menjadi perasaan senang, sabar, ataukah semangat kembali. Membiarkan perasaan negatif tersebut sama halnya dengan membiarkan penyakit ringan muncul tanpa terobati yang selanjutnya akan muncul penyakit kronis dan akut. Seperti halnya William Glasser 2003 yang tidak percaya dengan adanya DSM yang hanya berupa kumpulan penyakit mental akut dan kronis, dia hanya yakin bahwa “the long lasting psychological problem is relationship problem” maka sebenarnya ummat muslim cukup memahami masalah psikologis melalui emosi negatif yang muncul, jangan sampai menunggu menjadi akut atau kronis seperti yang ada dalam DSM. Jika perasaan negatif tersebut muncul segeralah untuk melakukan evaluasi diri tentang apakah proses psikologi yang kita Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 118 jalankan sudah baik, ataukah justru karena input niat yang tidak karena Allah SWT. Konseling berbasis Psikologi Al-Fatihah Setelah memahami sistem psikologi berbasis Al-Fatihah, memahami bagaimana menjadi sehat mental serta bagaimana menjadi gangguan mental, psikolog bisa mengajarkan hal ini pada klien untuk membantu klien membangun kebahagiaan-meninggalkan kesedihan, menjadi orang orang yang sabar-meninggalkan marah, serta menjadi orang yang lebih bersemangat untuk belajar meningkatkan kualitas diri-bukan malas untuk bergerak berbuat dan berkomunikasi, serta memastikan bahwa klien bisa meningkatkan keimanannya pada Allah dengan prinsip sifat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Robbul Alamiin, dan Penguasa hari pembalasan adalah substansi dari konseling berbasis Psikologi Al-Fatihah. DISKUSI Psikologi Al-Fatihah berdasarkan literatur review yang dilakukan menunjukkan suatu keniscayaan bagaimana psikologi Islam bisa memberikan kontribusi yang lebih nyata ke dalam keilmuan psikologi. Psikologi Al-Fatihah memiliki landasan ontologis, epistimologi, dan aksiologis untuk dikategorikan sebagai sebuah ilmu. Sudah barang tentu, sebagai sebuah ilmu, kajian maupun penelitian secara empiris mutlak diperlukan untuk memastikan kajian ini mencapai kesempurnaan. Limitasi dari kajian ini memang masih berupa kajian subjektif penulis berdasarkan pengalaman dan perbandingan dengan menggunakan kajian choice theory sejauh yang dipahami penulis. Meskipun demikian, kajian ini masih belum pernah dilakukan sebelumnya terkait menggunakan Al-Fatihah sebagai basis kajian untuk membentuk sebuah teori psikologi. Kedepan, penulis berharap, peneliti-peneliti muslim untuk bisa menggunakan kajian ini dalam rangka memberikan dampak yang lebih besar bagi kemaslahatan ummat. Sebagaimana diungkapkan oleh Sabry & Vohra, 2013 bahwa seiring dengan bertambahnya populai umat muslim di dunia, kebutuhan layanan kesehatan mental yang sesuai dengan kelompok pasien semakin meningkat pula. Penelitian menunjukkan keefektifan dari integrasi spiritualitas dan religiusitas kedalam psikoterapi dn bagaimana keyakinan agama bisa mempengaruhi rencana manajemennya. KESIMPULAN Dari penjelasan tersebut bisa dijelaskan bahwa memahami diri manusia secara komprehensif sangat penting untuk membawa manusia mengalami kebahagiaan yang sesungguhnya. Menjalani hidup dalam skema psikologi Al-Fatihah akan membawa pada kebahagiaan diri individu yang sebenarnya. Jika seorang individu mampu mendominasi ekspresi emosinya dengan kebahagiaan, tidak marah dan penuh semangat, maka orang disekitarnya, terutama guru pada siswanya dan orang tua pada anaknya, akan belajar tentang bagaimana membuat orang lain bahagia, menjadi pribadi yang sabar, dan juga penuh semangat. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan psikologi Al-Fatihah dalam praktek psikologi di Indonesia dan mengajarkan psikologi Al-Fatihah di dalam dunia akademik kampus untuk membantu sarjana atau mahasiswa psikologi lebih memahami psikologi manusia berdasarkan nilai-nilai keislaman. Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 119 DAFTAR PUSTAKA Beck, R., & Fernandez, E. 1998. Cognitive-behavioral self-regulation of the frequency, duration, and intensity of anger. Journal of Psychopathology and Behavioral Assessment, 203, 217–229. Gautama, W. 2016, September 20. Polisi panggil tiga anggota dewan terkait bentrok di kantor Golkar Lampung. Dipetik Agustus 20, 2017, dari Glasser, W. 1998. Choice theory A new psychology of personal freedom. New York Harper Perennial. Glasser, W. 2003. Warning Psychiatry can be hazardous to your mental health. New York Quill. Hadi, S. 2008, Juni 30. Orang-orang yang tidak mendapat hidayah Allah. Dipetik Agustus 3, 2017, dari Hamka. 1982. Tafsir al-Azhar 1 ed., Vol. Juz 1. Jakarta Pustaka Panjimas. 2014, Januari 2. Angka kekerasan di dunia pendidikan meningkat. Dipetik Agustus 3, 2017, dari Sabry, W. M., & Vohra, A. 2013. Role of Islam in the management of psychiatric disorders. Indian Journal of Psychiatry, 552, 205-214. doi Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017 107—120 120 ... One of the recently presented Islamic Psychological approaches is Al-Fatihah Psychology Ansyah & Hadi, 2017. This science studies human psychology as a system used to achieve true happiness based on surah Al-Fatihah Ansyah & Hadi, 2017. ...... One of the recently presented Islamic Psychological approaches is Al-Fatihah Psychology Ansyah & Hadi, 2017. This science studies human psychology as a system used to achieve true happiness based on surah Al-Fatihah Ansyah & Hadi, 2017. Additionally, Ansyah & Hadi 2017 stated that this concept could be used as a basis for describing, maintaining, or improving mental disorders and can be developed into a counseling method. ...... This science studies human psychology as a system used to achieve true happiness based on surah Al-Fatihah Ansyah & Hadi, 2017. Additionally, Ansyah & Hadi 2017 stated that this concept could be used as a basis for describing, maintaining, or improving mental disorders and can be developed into a counseling method. Ansyah & Hadi 2017 proposed Al-Fatihah psychological concept, based on the research carried out by Hamka. ...The study aims to determine whether counseling based on Al-Fatihah psychology can reduce student academic stress due to the covid-19 pandemic. This experimental pre-post design study comprises the experimental and control groups. The participants are 23 people selected using the purposive sampling method. The experimental group consisted of 11 people and was given treatment in counseling based on Al-Fatihah psychology for 4 weeks in 5 sessions. The academic stress scale was given to both groups as a pre-test before the treatment started in the experimental group. In contrast, the academic stress scale was given as a post-test after the last session. The data analysis's result using the Mann-Whitney U test on the gain score between the experimental and control groups showed a significant difference with p < This indicates that counseling based on Al-Fatihah psychology effectively reduced students' academic stress levels during the pandemic.... Keenam, surat Al-Fatihah merupakan al-waqiyah pemelihara dari kesesatan karena surat Al-Fatihah melengkapi surat yang lain. Keistimewaan yang keetujuh adalah mulai dari ayat pertama hingga ayat terakhir mengejarkan tentang pokok ajaran islam sejati yaitu tauhid Ansyah & Hadi, 2017. Al-Jauziah 2011 juga menyebutkan bahwa Al-Fatihah memiliki nama lain, yaitu asy-syafiyah penyembuhan yang artinya surat Al-Fatihah memiliki potensi terapeutik yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguang psikologis. ...This study aims to observe the effectiveness of therapy of reflective-intuitive reading of Al-Fatihah in reducing the depression of autoimmune survivors. It used the quasi-experiment with the pre-test-posttest control group design – not non-randomized pretest-posttest control group design. The subjects involved in this study were the female Moslems becoming the survivors of one of the autoimmune diseases. Here, the level of depression of the subject was measured using the Depression Anxiety Stress Scale DASS sub-test of depression developed by Lovibond and Lovibond, adapted into the Indonesian language. The implementation of the therapy refers to the module of reflective-intuitive reading of Al-Fatihah developed by the researcher and team by referring to the module owned by Maulana, Subandi and Astuti. Data analysis used the Mann Whitney U-Test to determine the difference in the depression level in the experimental group before and after the intervention compared to the control group. The study results showed that therapy of reflective-intuitive reading of Al-Fatihah effectively reduced the level of depression of autoimmune survivors after passing the changing process taking a particular time.... Moreover, the school in this study is based on religion. Whereas religious approaches such as psychology of al-Fatihah, stated it can help to improve the happiness of teachers and students which can also lead to student learning achievement [24]. ...Agung SetiyawanMoh. Ainin Uril BahruddinAhmad Arifin B. SaparSurah Al-Fatikhah is very important to understand, because this surah is the main surah in the Qur’an which contains several hidden meanings that need to be understood by every Muslim. Surah Al-Fatikhah must be read in every prayer, but several people do not understand its meaning. This paper aimed to reveal the secrets of sentence phrases in the Surah Al-Fatikhah. The research data were obtained from several classical books tafsir and several journal articles discussing Surah Al-Fatikhah. The results showed that Surah Al-Fatikhah contains an implicit message which is reflected in 3 main points, namely 1 the sentence, such as deleting alif in the bismillah sentence, the use of "al" in the word Hamdu’ and Alamin’ 2 the word choice, such as the use of the word al-Rahman, al-Rahim, Rabb al-'Alamin, Malik, Yaum al-din , al-Sirat, al-Mustaqim, al-Magdub, and al-Dallin and 3 sentence structure such as a statement in the form of a sentence with the intention of the command used in the sentence al-Hamdu lillahi Rabbil Alamin, especially an objective in the expression of “Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta’in” as in the study of Balagah chapter al-Qasr in Ma'ani, and equating the word “al-Sirat al-Mustaqim” with al-Din al-Ḥaq as in the study of Balagah chapter al-Majaz in Bayan. Therefore, through this research, by understanding the meaning of the message contained in the Surah Al-Fatikhah, it would hopefully help a Muslim become more motivated in performing Yuniar Trisya Eko Hardi AnsyahPenelitian ini dilatar belakangi oleh adanya fenomena mahasiswa yang mengalami kecemasan menghadapi ujian proposal skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi ujian proposal skripsi pada mahasiswa semester 7 Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah religiusitas sebagai variabel bebas dan kecemasan menghadapi ujian proposal skripsi sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan jumlah sampel dalam penelitian ini 195 mahasiswa yang diambil dengan menggunakan teknik Sampling Insidental yaitu dimana teknik penentuan sampel ini berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/tidak sengaja bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sebagai sampel apabila orang yang ditemui cocok menjadi sumber data. Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi Spearman’s Rho menggunakan bantuan program SPSS 20 for windows. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi ujian proposal skripsi. Artinya, semakin tinggi religiusitas yang dimiliki mahasiswa maka semakin rendah kecemasan menghadapi ujian proposal skripsi yang dialami mahasiswa. Jadi, hipotesis awal yang peneliti ajukan dapat Beck Ephrem FernandezWithin a self-regulation format, cognitive, behavioral, and combined cognitive-behavioral techniques were evaluated for effects on the frequency, duration, and intensity of anger. Twenty-seven subjects randomly assigned to three groups each received one of the three treatments after a baseline of self-monitoring and then completed another phase of self-monitoring. Results revealed a significant reduction in the frequency and duration of anger but not anger intensity under self-intervention, regardless of treatment type. These effects were preserved for a week following treatment. Thus, self-regulation may prevent incidents of anger and even cut short the persistence of anger, but once anger occurs, it tends to register about the same maximum intensity; this peak intensity is typically reached at the onset of the anger which then wanes at a decreasing rate over time. Further research is called for to determine the long-term durability of the treatment gains obtained and the generalizability of these findings in clinical panggil tiga anggota dewan terkait bentrok di kantor Golkar LampungW GautamaGautama, W. 2016, September 20. Polisi panggil tiga anggota dewan terkait bentrok di kantor Golkar Lampung. Dipetik Agustus 20, 2017, dari theory A new psychology of personal freedomW GlasserGlasser, W. 1998. Choice theory A new psychology of personal freedom. New York Harper Psychiatry can be hazardous to your mental healthW GlasserGlasser, W. 2003. Warning Psychiatry can be hazardous to your mental health. New York yang tidak mendapat hidayah AllahS HadiHadi, S. 2008, Juni 30. Orang-orang yang tidak mendapat hidayah Allah. Dipetik Agustus 3, 2017, dari kekerasan di dunia pendidikan 2014, Januari 2. Angka kekerasan di dunia pendidikan meningkat. Dipetik Agustus 3, 2017, dari of Islam in the management of psychiatric disordersW M SabryA VohraSabry, W. M., & Vohra, A. 2013. Role of Islam in the management of psychiatric disorders. Indian Journal of Psychiatry, 552, 205-214. doi
Ilmuyang bermanfaat memang seharusnya diamalkan untuk kebaikan bukan untuk menuruti hawa nafsu, seperti halnya doa al fatihah syifa . Apapun sebutannya dan seburuk apapun anggapan masyarakat awam diluar sana terhadapnya, asalkan diamalkan dengan tujuan baik, doa al fatihah syifa pasti membawa kebaikan juga terlebih untuk anda.
Surat al-Fatihah, awal surat dalam al-Qur’an itu ternyata menyiratkan perintah untuk belajar sejarah. Mungkin banyak yang tidak sadar, walau setiap hari setiap muslim pasti mengucapkannya. Tidak sekali bahkan. Tetapi banyak yang tidak menyadari sebagaimana banyak yang tidak mempunyai kesadaran untuk membaca, mengkaji, mendalami sejarah Islam. Bermula dari doa seorang muslim setiap harinya “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” QS. al-Fatihah [1] 6 Jalan lurus, yang oleh para mufassir ditafsirkan sebagai dienullah Islam itu, dengan gamblang digambarkan dengan ayat selanjutnya dalam al-Fatihah “yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” Di sinilah perintah tersirat untuk belajar sejarah itu bisa kita dapatkan. Ada tiga kelompok yang disebutkan dalam ayat terakhir ini; Kelompok yang telah diberi nikmat oleh Allah Kelompok yang dimurkai Allah Kelompok yang sesat Ketiga kelompok ini adalah generasi yang telah berlalu. Generasi di masa lalu yang telah mendapatkan satu dari ketiga hal tersebut. Kelompok pertama, generasi yang merasakan nikmat Allah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya Tafsir Ibnu Katsir 1/140, al-Maktabah al-Syamilah menjelaskan bahwa kelompok ini dijelaskan lebih detail dalam Surat an-Nisa 69-70, “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. QS. an-Nisa [4] 69-70 “Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.” Ada kata penghubung yang sama antara ayat ini dengan ayat dalam al-Fatihah di atas. Yaitu kata أنعم yaitu mereka yang telah dianugerahi nikmat. Sehingga Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat dalam al-Fatihah tersebut dengan ayat ini. Mereka adalah Para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan para shalihin. Kesemua yang hadir dalam dalam doa kita, adalah mereka yang telah meninggal. Ini adalah perintah tersirat pertama agar kita rajin melihat sejarah hidup mereka. Untuk tahu dan bisa meneladani mereka. Agar kita bisa mengetahui nikmat seperti apakah yang mereka rasakan sepanjang hidup. Agar kemudian kita bisa mengikuti jalan lurus yang pernah mereka tempuh sekaligus bisa merasakan nikmat yang telah mereka merasakan. Perjalanan hidup mereka tercatat rapi dalam sejarah. Ukiran sejarah abadi mengenang, agar menjadi pelajaran bagi setiap pembacanya. Kelompok kedua, mereka yang dimurkai Allah. Imam Ibnu Katsir Tafsir Ibnu Katsir 1/141, al-Maktabah al-Syamilah kembali menjelaskan bahwa mereka yang mendapat nikmat adalah mereka yang berhasil menggabungkan antara ilmu dan amal. Adapun kelompok yang dimurkai adalah kelompok yang mempunyai ilmu tetapi kehilangan amal. Sehingga mereka dimurkai. Kelompok ini diwakili oleh Yahudi. Sejarah memang mencatat bahwa mereka yang menentang Nabi Muhammad SAW sekalipun, sesungguhnya tahu dengan yakin bahwa Muhammad SAW adalah Nabi yang dijanjikan dalam kitab suci mereka akan hadir di akhir zaman. Sekali lagi, mereka bukanlah masyarakat yang tidak berilmu. Justru mereka telah mengantongi informasi ilmu yang bahkan belum terjadi dan dijamin valid. Informasi itu bersumber pada wahyu yang telah mereka ketahui dari para pemimpin agama mereka. “Demi Allah, sungguh telah jelas bagi kalian semua bahwa dia adalah Rasul yang diutus. Dan dialah yang sesungguhnya yang kalian jumpai dalam kitab kalian….” kalimat ini bukanlah kalimat seorang shahabat yang sedang berdakwah di hadapan Yahudi. Tetapi ini adalah pernyataan Ka’ab bin Asad, pemimpin Yahudi Bani Quraidzah. Dia sedang membuka ruang dialog dengan masyarakatnya yang dikepung oleh pasukan muslimin, untuk menentukan keputusan yang akan mereka ambil. Maka benar, bahwa Yahudi telah memiliki ilmu yang matang, tetapi mereka tidak mau mengikuti kebenaran tersebut. Inilah yang disebut oleh Surat al-Fatihah sebagai masyarakat yang dimurkai. Para ulama menjelaskan bahwa tidaklah kaum Bani Israil itu diberi nama Yahudi dalam al-Qur’an kecuali dikarenakan setelah menjadi masyarakat yang rusak. Rangkaian doa kita setiap hari ini menyiratkan pentingnya belajar sejarah. Untuk bisa mengetahui detail bangsa dimurkai tersebut, bagaimana mereka, seperti apa kedurhakaan mereka, ilmu apa saja yang mereka ketahui dan mereka langgar sendiri, apa saja ulah mereka dalam menutup mata hati mereka sehingga mereka berbuat tidak sejalan dengan ilmu kebenaran yang ada dalam otak mereka. Sejarah mereka mengungkap semuanya. Kelompok ketiga, mereka yang sesat. Para ulama tafsir menjelaskan bahwa bagian dari penafsirannya adalah masyarakat Nasrani. Masyarakat ini disebut sesat karena mereka memang tidak mempunyai ilmu. Persis seperti orang yang hendak berjalan menuju suatu tempat tetapi tidak mempunyai kejelasan ilmu tentang tempat yang dituju. Pasti dia akan tersesat jalan. Kelompok ketiga ini kehilangan ilmu walaupun mereka masih beramal. Masyarakat ini mengikuti para pemimpin agamanya tanpa ilmu. Menjadikan mereka perpanjangan lidah tuhan. Sehingga para pemimpin agamanya bisa berbuat semaunya, menghalalkan dan mengharamkan sesuatu. Sebagaimana yang jelas tercantum dalam ayat “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan juga mereka mempertuhankan Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” QS. at-Taubah [9] 31 Kisah’ Adi bin Hatim berikut ini menjelaskan dan menguatkan ayat di atas, Dari Adi bin Hatim radhiallahu anhu berkata Aku mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam dan di leherku ada salib terbuat dari emas, aku kemudian mendengar beliau membaca ayat Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain menyatakan Ya Rasulullah sebenarnya mereka tidak menyembah rahib-rahib menjawab Benar. Tetapi para rahib itu menghalalkan untuk mereka apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, maka itulah peribadatan kepada para rahib itu. HR. Tirmidzi dan Baihaqi, dihasankan oleh Syekh al-Albani Bagaimanakah mereka masyarakat nasrani menjalani kehidupan beragama mereka? Bagaimanakah mereka menjadikan pemimpin agama mereka menjadi perwakilan tuhan dalam arti boleh membuat syariat sendiri? Di manakah kesesatan mereka dan apa efeknya bagi umat Islam dan peradaban dunia? Semuanya dicatat oleh sejarah. Inilah doa yang selama ini kita mohonkan dalam jumlah yang paling sering dalam keseharian kita. Al-Fatihah yang merupakan surat pertama. Bahkan surat pertama yang biasanya dihapal terlebih dahulu oleh masyarakat ini. Surat utama yang paling sering kita baca. Surat yang mengandung doa yang paling sering kita panjatkan. Siratan perintah untuk belajar sejarah sangat kuat terlihat. Maka sangat penting kita memperhatikan kandungan surat yang paling akrab dengan kita ini. Agar terbukti dengan baik dan benar doa kita; “Tunjukilah kami jalan yang lurus. yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” QS. al-Fatihah [1] 6-7
Oleh Ki Umar Jogja 17 Agustus 2017 WEJANGAN RASA SAJATI Bait 01 “Satuhu ngelmu kang sejati iku tan tinggal Hyang Tunggal. Kang kasebut iki saktemene keyakinan kang bener. Mulo sira nyebuto asmaning Pangeraniro kang Maha Agung” Sesungguhnya ngelmu ilmu hikmah yang sejati itu, tidak akan meniadakan Tuhan. Inilah keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah menyebut nama Tuhanmu Yang Maha Agung. Ki Umar Jogja Ilmu dan ngelmu itu berbeda. Ilmu itu dari konsep teori yang rasional dan dapat dianalisa, lalu disebut ilmiah dari kata ilmu yang mendapat akhiran -iyyah bahasa Arab yang bermakna mempunyai sifat. Contohnya ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah formal, bersifat teori analisis. Sedangkan Ngelmu sebaliknya, konsep teori dari yang tidak rasional analisis. Ngelmu bahasa Jawa adalah sesuatu hal yang tidak hanya cukup dipahami tetapi juga harus diamalkan laku dengan penghayatan, maka akan dirasakanlah ngelmu itu. Ada ungkapan Jawa “ngelmu iku kelakon kanthi laku” ia akan terjadi jika diamalkan. Contohnya Aji-Mantra. Dari kalangan santri, sering kita dengar tentang kata “Ilmu Hikmah“, yaitu pengamalan doa-dzikir wirid yang disertai dengan amaliyah pengekangan hawa nafsu. Contohnya dengan diiringi amalan puasa. Kata Hikmah berasal dari kata Hakama yang arti mulanya adalah menghalangi, lalu bermakna kendali. Mengendalikan hawa nafsu yang mengajak keburukan, misalnya dengan berpuasa itu. Sebab puasa / shaum / siyam juga bermakna sama, yaitu menahan diri. Kata “Hikmah” banyak tertera di Al Quran. Hikmah adalah kemampuan yang mengandung pengetahuan ilahiyyah, yang artinya tidak hanya bersifat teori semata tetapi juga pengamalan aplikasi. Dalam pandangan saya, ini berarti pengertian ILMU HIKMAH dari kalangan santri sama dengan NGELMU bagi penghayat ilmu mistik Jawa. Dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia. Sebab tiada daya dan upaya selain dariNYA. DIA-lah sumber inspirasi dari segala ilmu yang diilhamkan dalam kalbu manusia. Maka sudah sepatutnya adanya pengakuan KEIMANAN kepadaNYA. Barangsiapa yang menemukan ilmu dan Hikmah tetapi tidak mampu melihat wajah Tuhan, maka sesungguhnya ia telah terhijab. Dan barangsiapa telah yang menemukan ilmu dan Hikmah, sedangkan dirinya mampu melihat wajah Tuhannya maka sungguh itu adalah karunia yang besar. Patut bersyukur dengan mengagungkan asma-NYA. DIA menganugerahkan AL-HIKMAH kepada siapa yang DIA kehendaki dan barangsiapa yang diberi HIKMAH, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali ulul albab orang-orang yang mempunyai akal dan hati yang bersih. Al Baqarah 269 —o0o— Ki Umar Jogja
Ilmusejati menerangkan bahwa manusia benar-benar abadi tidak bisa mati kebal segala macam bahaya apapun dan bahagia tidak pernah duka kaya tidak pernah miskin. Simak juga sejati dan ilmu sejati al fatihah Dalam kesempatan ini saya akan mengijazahkan Ilmu Hikmah Teraphy Penyembuhan dengan Surat Al-Fatihah.
ArticlePDF Available AbstractThe origin of man is monotheism; acknowledging the oneness of God and serving Him. However, in its journey, was most of man forgot his monotheism and disobeyed to serve Him anymore, as a result of their misguidance and destruction. This text intended to know the concept of monotheism in al-Fatihah latter. Through the analytic pattern description, the study found several important points. First, monotheism in al-Fatihah latter was very comprehensive, because it includes monotheism of rububiyah, ulluhiyah and al-asma ’wa al-sifat. Even al-Fatihah latter does not only contain monotheism, but contained the meaning of the entire contents of the Qur'an. Second, any work that started without bismillah will be cut off and has no blessing value. Third, so that one's activities in accordance with his beliefs, a strong will is needed to make monotheism a view of his life. Worldview or one's natural views we are the principle for every human action, including scientific and technological actions. If the concept of monotheism in al-Fatihah letter with all the network of concepts contained in the Qur'an has become a view of life and underlies every activity, monotheism will guide human beings to gain salvation and happiness. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. IS SN 252 7-7 251e-I SSN 254 9-92 62DOI dalam Surat Al-FatihahStudi Analisis Konsep Worldvew IslamJarman Arroisi1Universitas Darussalam GontorEmail Jarman origin of man is monotheism; acknowledging the oneness of God and serving Him. However, in its journey, was most of man forgot his monotheism and disobeyed to serve Him anymore, as a result of their misguidance and destruction. This text intended to know the concept of monotheism in al-Fatihah la!er. Through the analytic pa!ern description, the study found several important points. First, monotheism in al-Fatihah la!er was very comprehensive, because it includes monotheism of rububiyah, ulluhiyah and al-asma ’wa al-sifat. Even al-Fatihah la!er does not only contain monotheism, but contained the meaning of the entire contents of the Qur’an. Second, any work that started without bismillah will be cut off and has no blessing value. Third, so that one’s activities in accordance with his beliefs, a strong will is needed to make monotheism a view of his life. Worldview or one’s natural views we are the principle for every human action, including scientific and technological actions. If the concept of monotheism in al-Fatihah le!er with all the network of concepts contained in the Qur’an has become a view of life and underlies every activity, monotheism will guide human beings to gain salvation and monotheism, rububiyah, uluhiyah, asthma and sifat, worldview, mula manusia adalah makhluq bertauhid; mengakui keesaan Tuhan dan mengabdi kepada-Nya. Namun dalam perjalanannya manusia melupakan tauhid bahkan tidak lagi mengabdi mengabdi kepada-Nya, akibatnya kesesatan dan kehancuran yang didapat. Naskah ini bermaksud mengukap konsep tauhid dalam surat al-Fatihah. Melalui pola deskriptip analitik kajian menemukan 1 Lecture Senior of Undegraduate and Post Graduate Departement of Aqiedah and Islmic Philosophy University of Darussalam Gontor, Email Jarman HP 081 335 786 948 2 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA beberapa poin penting. Pertama, tauhid yang terdapat dalam surat al-Fatihah sangat komprehensif, karena mencakup tauhid rububiyah, ulluhiyah dan al-asma’ wa al-sifat. Bahkah al-Fatihah tidak saja mengandung tauhid, tetapi mengandung makna seluruh isi al-Qur’an. Kedua, pekerjaan apapun jika tidak dimulai dengan bismillah maka akan terputus dan tidak memiliki nilai berkah. Ketiga, agar aktifitas seseorang sesuai dengan kepercayaan seseorang diperlukan kemauan kuat menjadikan tauhid sebagai pandangan hidupnya. Worldview atau pandangan alam seseorang adalah asas bagi setiap tindakan manusia, termasuk tindakan ilmiyah dan teknologi. Jika konsep tauhid yang ada pada surat al-Fatihah dengan segala jaringan konsep yang ada dalam al-Qur’an telah menjadi pandangan hidup dan melandasi setiap aktifitas, maka tauhid tersebut akan membimbing manusia memperoleh keselamatan dan kebahagiaan. Kata Kunci tauhid, rubûbiyah, ulûhiyah, asmâ’ dan sifat, worldview, manusia adalah makhluq bertauhid,2 yakni mempercayai Allah SWT itu Satu, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam Ulûhiyah, Rubûbiyah dan segala Asmâ’ serta Shifât-Nya. Tauhid dalam diri manusia itu ada sejak ia masih dalam alam arwah. Ketika itu menusia telah mengadakan perjanjian dengan Tuhannya yang diakuinya sebagai Pencipta yang membinanya. Perjanjian tersebut juga yang merupakan pengakuan penerimaan tugas serta tanggungjawab kepada Dalam perjanjian itu, terjadi dialog antara Khaliq dengan makhluq dengan kesepakatan sebagaimana dalam Al-A’raf172 Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari shulbi mereka dan mengambil kesaksian 2 Anak cucu Adam ketika dikeluarkan dari shulbinya, mereka dilengkapi dengan akal untuk beriman dan dilarang mengingkari ketuhanan-Nya. Lihat Imam al-Adzam ibn Abi Hanifah Nukman ibn Stabit al-Kufi , Al-Fiqhu al-Akbar, Darul al-Ma’arif al-Nidzamiyah, 1342 H, hal. 7 3 Dan inilah sifat bawaan pertama kali manusia yang suci dan murni sebelum terkena noda hewani, sebagaimana dikatakan dalam Al-Tin Ayat 4-5. Sesungguhnya telah Kami jadikan manusia makhluq paling sempurna, kemudian Kami hinakan dia sehingga menjadi lebih rendah daripada yang rendah. Lihat Syed Muhammad Naquib Al-A! as, Risalah untuk Kaum Muslimin, Kuala Lumpur ISTAC, 2001, hal. 32 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 3Vol. 4, No. 1, Juli 2019terhadap jiwa mereka seraya berfi rman “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul Engkau adalah Tuhan kami, kami menjadi saksi”Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan. Perjanjian itu pula yang mengikat dan menjadi saksi, bahwa sesungguhnya manusia itu bertauhid, yakni mempercayai ke-Esaan Tuhan. Pengakuan ini dibenarkan oleh Allah dan karenaya manusia bertanggungjawab atas kesaksianya itu untuk mengabdi kepada-Nya, sebagaimana di fi rmankan Allah dalam Al-Muminun 52 “bahwa sesungguhnya agama tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” Melalui tauhid manusia mengenal dan mengabdi kepada-Nya dan karenanya pula meraka mampu memperoleh keselamatan, kebahagiaan dan banyak ayat-ayat dan surat dalam al-Qur’an yang menjelaskan pentingnya tauhid bagi kehidupan manusia yang mampu membimbing jalan menuju keselamatan dan Salah satu surat itu, adalah al-Fatihah. Dalam surat tersebut terdapat tiga jenis tauhid seperti yang diklasifi kasikan Ibnu Taimiyah yaitu; tauhid Ulûhiyah, Rubûbiyah, dan al-Asmâ wa al-Shifât5. Premis konsep tauhid dalam surat al-Fatihah itu bisa dicermati kandungan masing-masing ayat yang ada didalamnya. Al-Fatihah sebagai salah satu surat dalam al-Qur’an, tidak saja mengandung konsep 4 Setidaknya ada 28 tempat yang bisa dirujuk untuk membahas tema tauhid. Lihat Tauhid, al-Qur’an Digital versi Jumadil Akhir 1425,Agustus 2004, Website h! p// E-mail info Lihat juga Ali Ibn Nafi ’ al-Ulyani, Hakekat al-Tauhid wa al-Farqu Baina al-Rububiyah wa al-Uluhiyah, Riyad al-Thaba’ah al-Ula, 1998, 5 Ibn Taymiyah membagi tauhid menjadi tiga; uluhiyah, rububiyah dan asma wa al-sifat. Lihat Ibn Taymiyah Haqaqahu Farid Abdu al-Aziz al-Hasani, Majmu’ât al-Fatawa, Jilid I, Cairo Darul al-Hadits al-Qahirah, 2006, hal. 169 Lihat H. Amal Fathullah Zarkasyi, Konsep Tauhid Ibn Tayimiyah & Pengaruhnya di Indonesia, Ponorogo Darussalam, 2010, hal. 137 4 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA tauhid, tetapi juga mengandung makna seluruh isi al-Qur’an. Dan karenanya al-Fatihah disebut ummu al-Qur’an, ada yang menyebut Sab’u Mastani, karena jumlah ayatnya sebanyak tuju ayat atau karena dibaca berulang-ulang dalam setiap rekaat pada setiap shalat, dan ada juga yang menyebut al-Fatihah, karena sebagai pembuka kitab yang agung Umm al-Qur’an.6Namun persoalanya adalah tidak banyak manusia yang mengetahui dan memahami, tauhid itu sejatinya merupakan pandangan hidup yang benar dan universal yang mampu mengenalkan kembali kepada fi trahnya, sehingga karenanya kehidupun mereka menjadi tidak terarah bahkan sengsara. Bagaimana sejatinya jaringan konsep tauhid dalam surat al-Fatihah itu menjadi sebuah pandangan hidup yang bisa mengenalkan kembali manusia akan fi trahnya, sehingga mampu membangun peradaban yang pada gilirannya bisa memperoleh kebahagiaan adalah sebuah pertanyaan yang akan menjadi fokus bahasan makalah ayat dan konsep tauhid dalam surat al-FatihahUntuk memastikan validitas konsep tauhid dalam surat al-Fatihah bisa dicermati dari ayat pertama, “Bismillahirrahmanirrahim”. Kata bismillah menurut Ali al-Sabuni dalam bukunya, diambil dari nama yang tinggi derajatnya dan merupakan nama dari nama-nama yang baik bagi Yang berarti nama tersebut adalah nama-nama dan sifat Allah tauhid al-asma wa al-sifat. Sementara huruf al-Ba dalam lafadz bis-millah menurut Ibn Katsir memiliki arti Allah, al-Siin memiliki maksud tsana’ atau pujian, al-mim berarti malaikat dan Allah, arrahman berarti rahmat untuk dunia dan akhirat sementara 6 Imam al-Jalil al-Hafi dz Imaduddin Abi al-Fida Ismail Ibn Katsir al-Qurtubi al-Dimasqi, Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm, Jilid I, Riyadh Darussalam, 1998, hal. 26 Lihat juga Muhammad Ali al-Sabuni, Tafsîr Ayât al-Ahkâm, Jilid I, Baerut Daru al-Kutub al-Ilmiyah 2004, hal. 117 Muhammad Ali al-Sabuni, Tafsîr Ayât al-Ahkâm, Jilid I, Baerut Daru al-Kutub al-Ilmiyah, 2004, hal. 15 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 5Vol. 4, No. 1, Juli 2019arrahim berarti sayang untuk Selain itu, bismillah juga berarti memulai segala sesuatu dengan nama Allah. Bismillah juga menunjukkan makna, hanya kepada-Nya tempat meminta bantuan, karena Dia adalah Tuhan yang memiliki rahmat, kasih sayang dan kebaikan yang berhak dan wajib disembah tauhid uluhiyah.9 Bismillah juga berarti bahwa setiap pekerjaan itu hendaknya bermula daripada-Nya, jika tidak, seperti cara kerja orang-orang ateis dan tradisi masyarakat Barat, maka pekerjaan itu akan terputus dan berdampak pada hasil yang jauh dari nilai berkah dan karenanya akan menjadi sia-sia10. Sebaliknya apabila diawali tauhid, maka akan terhindar dari niat jahat, karena syaitan ketakutan dan mengecil seperti lalat, ketika mendengar kata bismillah,11 dan lebih dari itu semua akan membawa barkah yang besar. Jika seseorang terbiasa mengawali pekerjaan bertitik tolak pada pangkalan Illahi, maka pekerjaan itu akan bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, lingkungan bahkan kemanusiaan secara keseluruhan. Pada ayat kedua “Alhamdulillâhi Rabi-l-Aalamin.” Ayat ini menunjukkan, bahwa Allah adalah pencipta dan pemelihara alam tauhid rubûbiyah. Allah dalam ayat tersebut bukan saja sekedar pencipta alam, tetapi juga memberikan nikmat kepada hambanya tanpa terkecuali, jika ada hamba yang menerima nikmat kemudian memuji Allah, maka yang ada padanya adalah ketaatan dan karenanya hamba yang seperti itu akan berhak mendapatkan Menurut Quraish Shihab, ayat ini menenangkan manusia bahwa segalanya telah dipersiapkan Allah, tidak ada satu pun kebutuhan makhluq dalam mencapai tujuan hidupnya yang tidak disediakan karena Dia adalah 8 Lihat Ibn Kasir al-Qurtubi, Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm, hal. 37 9 Muhammad Ali al-Sabuni, Shafatu al-Tafasir, Jilid I, hal. 2310 Hasyiah Imam al-Baijuri, Ala Jauhari Tauhid, Haqaqahu Ali Jum’ah Muhammad al-Syafi i, Edisi V, Darussalam, 2010, hal. 2211 Ibn Kasir al-Qurtubi, Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm, Jilid I, hal. 3812 Imam Fakhruddin Muhammad Ibn Umar Ibn al-Husain Ibn al-Hasan Ibn Ali al-Tamyizi al-Bakir Arrazi al-Syafi ’i, al-Tafsîr al-Kabîr au Fatihu al-Ghaib, al-Mujalad 1-2, Bairut Darul al-Qutub al-Ilmiyah, 2000, hal. 182 6 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA pendidik dan pemelihara seluruh Sementara pada ayat kelima, “Hanya kepada-Mu-kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” Banyak sekali pesan yang terkandung dalam kedua kata terangkai Iyyaka Na’budu ini. Secara langsung, penggalan ayat ini mengecam mereka yang mempertuhan selain Allah, baik masyarakat Arab ketika itu maumpun selainya. Dalam ayat kelima ini Fakhr al-Din al-Razi menafsirkan, bahwa kata Iyyaka Nakbudu diartikan sebagai tidak ada Tuhan yang wajid disembah kecuali Allah yang Maha Esa. Tidak ada yang pantas untuk disembah kecuali hanya Dia yang memberi segala Iyyaka mengandung arti pengkhususan, yakni tidak ada Tuhan selain Engkau. Jika pengertian Iyyaka semata tertuju kepada Allah Swt bukan yang lain, maka akan mucul darinya hakikat pengawasan yang menjadi tema surat al-Fatihah. Hal ini diperkuat pengertian kata Ibadah yang intinya adalah penyerahan diri secara penuh kepada halnya dengan nama-nama dan sifat Allah, seperti yang disebut dalam surat al-A’raf 180 “Hanya milik Allah al-asma al-husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut al-asma al-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” Nama-nama Allah yang baik16 itu juga bisa dilihat pada surat al-Fatihah ayat ketiga “Arrahman al-Arrahim.” Yang berarti yang Maha pengasih dan Maha penyayang. Dalam kaitan nama dan sifat Allah ini, Abu Mansur al-Maturidi menyatakan, bahwa ketika Allah 13 Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume I, Tangerang Lentera Hati, 2002, hal. 3814 Arrazi al-Syafi ’i, al-Tafsîr al-Kabîr au Fatihu al-Ghaib, hal. 19215 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume I, hal. 6116 Nama-nama baik bagi Allah itu ada empat ribu nama. Seribu ada dalam al-Qur’an dan berita-bertia yang benar, seribu dalam Taurah, seribu dalam Injil, seribu ada dalam Zabur dan ada yang menyatakan seribu yang lainya ada di lauh mahfudz. Lihat Fakhruddina Arrazi, Fathu al-Ghaib, hal. 130 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 7Vol. 4, No. 1, Juli 2019menjadikan nama sesuatu berarti pada saat yang sama Allah telah memberikan kasih dan Rahmat dan kasih sayang Allah itu berupa keselamatan atau kebahagiaan dan siksaan atau kefakiran. Keselamatan dan kebahagiaan tidak akan tercapai kecuali dengan rahmat dan kasih sayang Allah, sementara kefakiran dan siksaan itu bisa datang dari makhluq maupun dari diperhatikan, ayat demi ayat dalam surat al-Fatihah, maka akan tampak jaringan ayat-ayat yang ada didalamnya dengan ayat lain yang saling menyambung. Seperti ayat ketiga berkaitan erat dengan ayat kedua, yang berarti bahwa Allah Swt sebagai yang mencipta dan yang memelihara alam, tidak sekedar memelihara atas dasar kesewenang-wenangan, melainkan telah mencakup rahmat dan kasih Jaringan ayat-ayat tersebut mengindikasikan adanya konsep tauhid didalamnya, yang selalu berkaitan dengan konsep-konsep lain yang ada dalam al-Qur’an. Kalau konsep tauhid yang ada dalam surat al-Fatihah itu dilihat sebagai bangunan konsep yang memiliki keterkaitan dengan ayat lain, maka konsep tauhid tersebut sesungguhnya merupakan bangunan konsep yang sempurna. Kesempurnaan itu bisa dicermati dari maknanya yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Dan jika jaringan konsep tauhid yang meliputi syumuli itu, dipahami dan dijadikan pijakan bagi setiap aktifi tas manusia, maka sejatinya konsep tauhid itu merupakan worldview atau pandangan hidup yang bisa membimbing manusia memperoleh keselamatan dan kebahagiaan hidup, bahkan bisa juga dipastikan mampu menghantarkan pembangunan sebuah peradaban. 17 Imam Ilmu al-Hady Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi al-Samarqandi, Kitâbu al-Tauhîd, Haqaqahu Fathullah Khalaf, al-Maktabah al-Islamiyah, Istambul Turqi, 1970, hal. 6518 Imam Fakhruddin Muhammad Ibn Umar Ibn al-Husain Ibn al-Hasan Ibn Ali al-Tamyizi al-Bakir Arrazi al-Syafi ’i, al-Tafsîr al-Kabîr au Fatihu al-Ghaib, hal. 15119 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, hal. 40 8 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Pengertian Pandangan Hidup WorldviewSecara umum pandangan hidup sering diartikan sebagai prinsip hidup, fi lsafat hidup dan pedoman hidup atau worldview. Dalam bahasa Inggris worldview, berarti pandangan dunia, dalam bahasa Jerman weltanschauung, adalah pandangan tentang dunia, yang berarti menyangkut soal hakekat, nilai, arti, dan tujuan dunia dan hidup Worldview menurut Alparslan diartikan sebagai asas bagi setiap prilaku manusia, termasuk aktifi tas-aktifi tas ilmiyah dan teknologi. Setiap aktifi tas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan Pandangan hidup ini terkadang disebut juga sebagai paradigma. Paradigma berasal dari bahasa Inggris paradigm yang mengandung pengertian cara memandang sesuatu, dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem Thomas Kuhn memaknai paradigma sebagai seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan kita, baik tindakan keseharian maupun dalam penyeledikan ilmiyah. Oleh karena worldview dan paradigma mengandung makna yang sama, maka Edwind Hung dan Gu! ing sepakat memberikan arti keduanya sama. 23 Dalam pengertian yang lebih luas tetapi memiliki makna sama, sejatinya pandangan hidup menunjuk pada isi kepala’ seseorang yang terdiri dari aneka ragam keyakinan, pendirian, pikiran, anggapan, serta khayalan atau gambaran abstrak tentang dirinya sendiri selaku manusia, yang semuanya secara sadar atau tidak sadar membentuk 20 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 117821 Lihat Hamid Fahmi Zarkasyi, Pandangan Hidup sebagai Asas Epistimologis Islam, Kumpulan Materi Kuliah Worldview Islam, Program Pasca Sarjana ISID, 2011, 22 Lorens Bagus, Kamus Filsafat., hal. 77823 Lihat Hamid Fahmi, Pandangan Hidup sebagai Asas Epistimologis Islam. Lihat Syamsuddin Arief, Pemikiran Barat Modern Dari Renaissans hingga Postmodernisme, makalah disampaikan pada pembekalan PKU IV, ISID, 01/02/2011, hal. 1 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 9Vol. 4, No. 1, Juli 2019dan pada giliranya mempengaruhi sikap, keputusan, prilaku dan tindakan-tindakan orang tersebut. Dari gambaran tentang worldview dan paradigma di atas setidaknya dapat disimpulkan bahwa sejatinya kedua istilah tersebut masih bersifat umum. Keumuman istilah itu bisa dilihat ketika kata worldview atau paradigma diberi kata sifat seperti Kristen, Hindu, Budha, Islam, Barat dan lain sebagainya. Sehingga baik worlview maupun paradigma masing-masing masih terbuka untuk diberi kata sifat apa saja. Tetapi ketika worldview dan paradigma telah diberi tambahan kata sifat yang berbeda, maka sudah barang tentu berbeda pula spektrum dan maknanya. Contoh worldview atau paradigma Barat berbeda dengan Worldview Islam, Kristen, Budha dan yang tidak mempercayai hal-hal yang bersifat non empiris dan hanya menyakini sesuatu yang bersifat rasional, maka orang tersebut dipastikan sulit untuk menerima Tuhan sebagai sumber kekuatan dibalik tindakannya. Tetapi sebaliknya, jika keimanan kepada Tuhan telah melekat pada diri setiap orang dan menjadi dasar bagi setiap tindakanya, maka orang tersebut sejatinya telah memiliki kemampuan untuk membuktikan hal-hal yang bersifat empiris dan non empiris sekalipun. Perbedaan cara pandang yang seperti ini, tentu bukan tanpa sebab, melainkan faktor pandangan hidup adalah yang paling dominan memberi andil dalam menentukan hasil karyanya. Pandangan hiduplah yang mampu memberikan sumbangan terbesar dalam menentukan corak, bentuk sekaligus warna yang keluar dari produk pemikiran seseorang. Karena pandangan hidup memiliki peran kunci, maka sumber dan proses perolehan padangan hidupnya juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Perolehan padangan hidup seseorang biasanya tidak bisa dilepaskan dari faktor lingkungan yang mengintarinya. Sebuah pemikiran yang lahir dari nalar seseorang biasanya dipengaruh oleh lingkungannya termasuk 10 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA pendidikan. Menurut Jean Peaget24 bahwa, lingkungan social pendidikan dapat membatu memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif Teori ini diperkuat dengan teori yang menyatakan, bahwa pandangan hidup dan pola fi kir seseorang dapat lahir dan berkembang dari akumulasi ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses pendidikan. Sebaliknya bentuk pendidikan dan corak ilmu pengetahuan yang diajarkan juga ditentukan oleh karakter pandangan hidup suatu bangsa atau peradaban. Pandangan hidup yang memiliki elemen kepercayaan terhadap Tuhan misalnya, sudah tentu akan menerima pengetahuan non-empiris. Sebaliknya pandangan hidup yang mengingkari eksistensi Tuhan akan menafi kan pengetahuan non-empiris dan pengetahuan lainnya. Demikian pula pandangan hidup ateis akan menganggap sumber pengetahuan moralitasnya hanyalah sebatas subyektifi tas manusia dan bukan dari Tuhan 26 Pandangan hidup ateis atau pandangan yang menginkari eksistensi Tuhan, tentu berbeda dengan mereka yang menjadikan tauhid sebagai pandangan Sebagai Pandangan HidupTema menjadikan konsep tauhid dalam surat al-Fatihah sebagai pandangan hidup adalah sebuah upaya untuk menggagas rumusan teori yang didasarkan pada al-Qur’an. Rumusan ini meniscayakan adanya pemahaman bahwa al-Qur’an merupakan pandangan hidup yang universal. Apa yang dimaksud dengan pandangan hidup di sini adalah 24 Jean Peaget, adalah ahli teori dalam perkembangan Jean Peaget, Bringuier, 1980 hlm. 110, Dalam Wikipedia, Valmband, Arthachristianti. Woedpress. Com, Pembebalajaran Guru, di unggah, pada tanggal 14 Maret Lihat Hamid Fahmi Zarkasyi, Pandangan Hidup, Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Islam, makalah disampaikan pada workshop Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di Sekolah Tinggi Lukman ul Hakim, Hidayatullah Surabaya, 12-13 Agustus 2005. Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 11Vol. 4, No. 1, Juli 2019bahwa tauhid yang bersumberkan dari wahyu Tuhan itu harus dipahami sebagai worldview yang menjadi asas bagi setiap prilaku manusia termasuk aktifi tas-aktifi tas ilmiyah dan teknologi. Maulana al-Maududi memaknai pandangan hidup dengan Islam Nazariyat, yang berarti dimulai dari konsep keesaan Tuhan yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di Naquib al-A! as memberikan nama untuk kata worldview sebagai Ru’yatu Islam lil wujud, yaitu sebagai pandangan tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan tentang hakekat defi nisi tersebut, dapatlah ditarik pesa bahwa tauhid dapat menjadi worldview, dalam artian memahami tauhid sebagai asas bagi prilaku manusia, realitas dan kebenaran yang menjelaskan hakekat wujud, pandangan hidup yang berimplikasi pada seluruh aspek kegiatan hidup manusia. Konstruksi pemahaman tauhid sebagai pandangan hidup seperti ini, dimaksudkan agar setiap manusia memiliki hikmah’ yang atas dasar itu dapat memformat prilaku yang sejalan dengan nilia-nilai normatif al-Qur’an, baik prilaku yang terkait secara vertikal maupun horizontal. Jika konsep tauhid telah disepakati menjadi pandangan hidup setiap individu, maka bukan berarti konsep ini telah fi nal, melainkan masih ada pekerjaan besar, yaitu bagaimana konsep tauhid ini bisa didialogkan dengan konsep-konsep lain yang ada dalam al-Qur’an semisal konsep tentang Tuhan, manusia, ilmu, iman, amal, alam, bahagia dan lain konsep tauhid dalam surat al-Fatihah dan jaringanya dalam al-Qur’an bukanlah pekerjaan sederhana. Diperlukan sebuah metode pendekatan wahyu yang bisa 27 Hamid Fahmi Zaarkasyi, M. Phil. Dkk, Membangun Peradaban Dengan Ilmu, Kalam Indonesia, Depok Kampus UI, 2010, hal. 14428 Syed Muhammad Naquib al-A! as, Prolegomena To The Metaphysics of Islam An exposition of The Fundamental Elements of The World View of Islam, Kuala Lumpur ISTAC 1995, hal. 2 12 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA menggiring pada pemahaman yang utuh. Pendekatan tersebut, bisa dimulai dengan menjadikan surat al-Fatihah sebagai pijakan awal yang dikaitkan dengan beberapa ayat al-Qur’an yang telah di identenfi kasi ke dalam satu katagori. Kemudian dari identifi kasi itu dibuat aturan umum dari berbagai katagori ayat-ayat, identifi kasi hubungan konseptual antara berbagai konsep dalam katagori ayat-ayat. Diperlukan juga derivasi ayat-ayat menjadi framwork untuk mengevaluasi asumsi-asumsi dasar keilmuan, paradigma dan kerangka dasar keilmuan lain. Jika proses pendekatan tersebut dianggap menyimpang, maka tidak mudah menyalahkan al-Qur’an tetapi perlu rekonstruksi dan uji ulang pemahaman hingga menjadi hubungan harmonis sesuai dengan bimbingan keimanan para ulama, semuanya tentu memerlukan perhatian serius dan kerja keras. Jadi disamping memberikan kerangka dasar epistemologis, aksiologis, yang berbasis pada jaringan konsep dalam al-Qur’an, upaya ini dimaksudkan sebagai gagasan mengembangkan paradigma keilmuan Islam. Inilah kerangka awal yang perlu dibicarakan dalam kajian ini. Untuk memulai penelitian ini perlu secara bertahap dijelaskan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Seperti bagaimana konsep tauhid dalam surat al-Fatihah berhubungan dengan konsep Tuhan, manusia, ilmu, iman, amal, nilai, alam, kebahagiaan dan lain Tauhid Tuhan dalam surat al-FatihahSemua ayat dalam surat al-Fatihah memiliki kandungan tauhid yang selalu terkait dengan ayat-ayat lain dalam al-Qur’an. Keterkaitan ayat-ayat tersebut bisa dilihat misalnya pada ayat kedua “alhamdulillahi Rabbi allamin” yang menjelaskan tentang tauhid rubububiyah berhubungan erat dengan surat-surat dan ayat-ayat berikut 2 163, 1 4, 23 91, 17 42 dan lain sebagainya. Dalam ayat tersebut dibicarakan tentang Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Keesaan atau ketauhidan adalah hanya milik Tuhan, Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 13Vol. 4, No. 1, Juli 2019tidak ada makhluq yang pantas mendapat kata sifat Maha Esa. Jika ada tuhan lain selain Tuhan yang menicptakan langit dan bumi beserta isinya, maka berarti ada dua tuhan yang memiliki pekerjaan sama, dan hal tersebut tidak mungkin. Kalau di dunia ini ada dua tuhan yang mengatur bumi, langit beserta isinya, maka tentulah dunia ini hancur, tetapi realitasnya tidak demikian, hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Tuhan Allah yang Keesaan Tuhan meliputi keesaan dalam rububiyah ketuhanan, uluhiyah ibadah, al-Asma’ dan al-Sifat. Hanya Tuhan rububiyah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya yang berhak dan wajib disembah oleh manusia. Ayat yang mejelaskan tentang keesaan Tuhan ini, dipertegas oleh ayat lain yang menyebutkan, bahwa setelah manusia mengakui keesaan-Nya dia memiliki kewajiban untuk menyembah hanya kepada-Nya, sebagaimana dalam al-An’am 6 102 “Demikianlah Allah Tuhan kamu yang memiliki sifat-sifat; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.” Dan juga ayat lain al-Baqarah 2 21 “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” Perintah untuk menyembah kepada Tuhan yang satu ini, juga telah ditegaskan oleh hadis nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad, bahwa pada saat haji wada’ Rasulullah berkata, “sembahlah Tuhanmu dan shalatlah lima kali, berpuasalah satu bulan, tunaikanlah zakat dengan harta kamu dan taatilah apa-apa yang telah diperintankan kepada kamu agar kamu masuk surga,”30 29 Sekiranya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‹Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. Lihat al-Anbiya 21 2230 Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hambali ibn Halali ibn Asad al-Syaibani al-Fakih wa al-Muhadis Shahibu al-Mazdhab, Musnad Ahmad, Mauqiu Wuzarai al-Auqaf al-Misriyah, h! p// Juz 48, Bab. Hadis Abi Amamah al-Bahi, No. 22818, 14 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Beberapa contoh ayat tentang tauhid tersebut, bisa dilihat adanya keterkaitan yang pasti dengan ayat-ayat tentang Tuhan. Dan karenanya pula, maka keterkaitan ayat-ayat itu sejatinya juga bisa dilihat adanya perintah untuk taat kepada-Nya, seperti perintah sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu semua, bertaqwalah kepada-Ku, bersujudlah kepada-Ku dan lain sebagainya. Keesaan Tuhan dalam Islam berarti pengakuan, bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Bukan Esa yang memiliki makna tiga dimensi seperti dalam agama Kristen. Dalam agama Kristen sebutan untuk Tuhannya adalah Trinitas, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Tuhan Ruhul Qudus. Iman Kristiani mengakui adanya tiga Tuhan dalam satu, satu dalam tiga, hal yang sangat bertolak belakang dengan iman seorang Muslim. Bagi Muslim, seorang yang mengakui adanya Tuhan selain Alllah, berarti sama halnya telah menyekutukan Tuhan. Dan seorang yang menyekutukan Tuhan berarti sama halnya telah kafi r. Seperti dijelaskan dalam fi rman-Nya al-Maidah 5 73 “Sesungguhnya kafi rlah orang-orang yang mengatakan “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafi r diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” Dan dalam 42 11 Keesaan Tuhan dalam Islam juga berarti, bahwa Dialah satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah, tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya, Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia berarti hanya Dialah dzat yang Maha segalanya. Dalam kaitannya dengan dzat dan shifât Tuhan ini, Imam al-Syafi ’i pernah menyampaikan pernyataan dalam salah satu khutbahnya, “Tidak seorangpun mampu mensifati kebesaran-Nya sebagaimana yang disifati Allah kepada diri-Nya sendiri.”31 31 Abu al-Yazid Abu Yazid al-Ajami, al-Aqîdah al-Islâmiyah Inda al-Fuqahâ al- Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 15Vol. 4, No. 1, Juli 2019Dalam pembahasan ilmu kalam, sifat Tuhan merupakan salah satu persoalan yang terus diperdebatkan oleh para Mutakalimin. Mu’tazilah misalnya, kelompok ini menyatakan bahwa sifat Allah adalah ainu dzat. Berbeda dengan Abu Hasan Asy’ari yang menyatakan, bahwa sifat Allah itu qâimun bidzâtihi. Sifat Allah itu sebagaimana yang disifati-Nya sendiri. Seperti Allah itu Ada dan Hidup, Maha mendengar, Maha melihat, Maha tahu, Maha kuasa atas segala sesuatu. Sifat-Nya adalah berdiri didalam Zdat-Nya. Allah Maha Mengetahui karena Dia memilki Ilmu, Allah Maha Kuasa karena memiliki Kuasa dan Dengan mengungkapkan sikapnya mengenai sifat Tuhan seperti tersebut, Abu Hasan Asy’ari, sejak seribu tahun yang lalu hendak menangkis, memberantas dan menjawab golongan yang keliru, menyeleweng dan yang meyebarkan bid’ Pendapat mengenai sifat Tuhan yang Esa ini, memang menurut para ahli kalam sangat beragam pendapatnya, bahkan diantara mereka sampai ada yang menentukan jumlah bilangannya. Seperti Abu Hamid al-Ghazali mislanya, dia menyatakan, bahwa sifat Azaliyah Allah itu terdiri dari tuju 7 sifat yaitu; Alimun, Qâdirun, Hayyun, Murîdun, Samî’un, Basyîrun dan Sementara menurut al-Syahrasytani sifat Allah itu terdiri dari tiga belas 13 sifat yaitu; al-Ilmu, al-Qudrah, al-Hayat, al-Irâdah, al-Sam’u, al-basyir, al-Kalâm, al-Jalal, al-Ikrâm, al-Jaudu, al-In’amu, al-Izzatu dan Sedangkan menurut pengikut Asy’ari Asyairah, yakni al-Syayid Ahmad Marzuqi, sifat Allah itu terdiri dari dua puluh 20 sifat yaitu; Arba’ah, Darussalam, 2008, hal. 282 32 Abu Hasan Ali ibn Isma’il ibn Abdillah ibn Abi Musa al-Asy’ari, al-Ibânah an-Ushûli al-Diyânah, Bairut-Libanon Daaru Ibn Zaidun, ! . Hal. 4333 Syed Muhammad Naquib Al-A! as, Risalah Untuk Kaum Muslimin, Kuala Lumpur ISTAC, 2001, hal. 72 34 Abu Hamid al-Ghazali, al-Iqtishâd fî al-i’tiqad, Tahqiq Fadhilatu al-Syaikh Mustafa Abu al-Aala, Mesir Maktabah al-Jundi, 1518, hal. 7535 Abi al-Fa! ah Muhammad Abdul al-Karim Ibn Abi bakar Ahmad al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, Tahqiq Abdul al-Aziz Muhammad al-Wakil, Lebanon, Darul al-Fikr, ! ., hal. 92. 16 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Allah ; al-Maujud, Qadim, Baqa, Mukhalafatu lilkhalqi, Qaimun, Wâhid, Hayun, Qâdirun, Muridun, Aalimun, Samiiun, Basyiirun, Mutakalimun, Qudrah, Irâdah, Sam’un, Basyarun, Hayatun, Alilmu dan Kalamun. 36 Pengikut Asy’ari yang lain, Ibrahim al-Baijuri juga menyatakan bahwa sifat wajib Allah terdiri dari dua puluh sifat, yaitu; Allah ; al-Maujûd, Qâdim, Baqa, Mukhalafatu lilkhalqi, Qaimun, Wâhid, Hayun, Qâdirun, Murîdun, Âlimun, Samiiun, Basyiirun, Mutakalimun, Qudrah, Irâdah, Sam’un, Basyarun, Hayatun, Alilmu dan Perselisihan yang terjadi diantara para Mutakalimun mengenai sifat Allah tersebut sebenarnya sebatas pada permasalahan kalam, tetapi pada prinsipnya mereka tetap mengimani akan keseaan-Nya. Dari pola pendekatan ayat-ayat tentang tauhid dan kaitanya dengan ayat-ayat tentang ketuhanan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa keduanya memiliki pengertian dan defi nisi yang berbeda, meskipun demikian perbedaan tersebut tidak membawa perbedaan makna, akan tetapi sesungguhnya merupakan satu pemahaman yang saling melengkapi. Dalam Islam antara tauhid dan ketuhanan merupakan dua hal yang tidak mungkin untuk dipisahkan. Jika terjadi pemisahan antara keduanya, maka akan mengurangi makna dan kandungan artinya. 36 Dua puluh sifat itu terbagi menjadi empat bagian; pertama sifat nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah, sifat yang masuk dalam sifat ini adalah sifat wujud Allah. Kedua sifat salbiyah, yaitu sifat yang menolak sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah, seperti qidam, baqa’, mukhalawatul lilhawadis, qiyamuhu binafsisi dan wahdaniyah Allah. Ketiga sifat ma’âni, yaitu sifat yang dapat dibambarkan dengan akal manuisa dan dapat diuji, seperti qudrat, irâdat, ilmun, hayyat, sam’u, bashar dan kalam. Keempat sifat ma’nawiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan sifat ma’ani seperti kaunuhu qâdiran, murîdan, âlimun, hayyan, samî’un, bashîrun dan mutakalimun. Lihat Al-Syayid Ahmad Marzuqi, Aqidah al-Awam, Surabaya Indonesia Maktabah Muhammad Ibn Ahmad Nabhan wa Aulaaduhu, ! ., hal. Sifat wajib Allah yang dua puluh ini, ada yang disebut sebagai sifat ma’ani dan ma’nawiyah. Sifat ma’ni adalah; qudrat, irâdat, ilmun, hayyat, sam’u, bashar dan kalam dan ma’nawiyah seperti sifat kaunuhu qadiran, muridan, alimun, hayan, sami’un, bashirun dan mutakalimun. Sifat ini selalu berhubungan dengan sifat ma’ani. Lihat Syaikh Islam al-Syaikh Ibrahim al-Baijuri, Bitahqid al-Maqam Ala Qifayati al-Awam, Semarang Taha Putra, ! ., hal. 26-60. Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 17Vol. 4, No. 1, Juli 2019Mendiskusikan tema tentang ketuhanan dalam Islam, berarti membahas juga tentang keesaan Tuhan, yang berarti sama membahas tentang tauhid. Karana dalam paradigma Islam yang dimaksud dengan Tuhan adalah Tuhan yang Satu, bukan Tuhan yang lain, maka menghadirkan keterkaitan tauhid dengan ketuhanan secara bersama dalam pikiran seseorang adalah suatu upaya mengitegrasikan pemahaman secara utuh. Dan lebih dari pemahaman tersebut, mengaitkan antara keduanya, berarti sejatinya juga telah mendiskusikan salah satu disiplin ilmu dalam Islam, yaitu ilmu tauhid. Karena ilmu tauhid pada hakekatnya adalah ilmu yang membahas tentang keesaan Tuhan, untuk menguatkan keyakinan beragama melalui bukti-bukti keimanan yang Dengan demikian berarti ilmu tauhid merupakan ilmu yang menegaskan bahwa Tuhan adalah satu-satunya zdat dan sifat yang berhak dan wajib di sembah, dan tidak menerima pengakuan zdat dan sifat selain Konsep Tauhid dan ManusiaDalam Islam, hanya Tuhan yang Satu yang wajib di sembah. “Iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în”. Na’budu diambil dari kata ibâda ; kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. Nasta’in minta pertolongan, terambil dari kata isti’âna ; mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan. Konsep tauhid yang ada pada ayat ini menjelaskan sejatinya manusia itu adalah makhluq sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan pihak lain. Quraish Shihab dalam Tafsir Misbah menjelaskan bahwa penggalan 38 Imam al-Baijuri, Ala Jauhari al-Tauhid al-Musamma Tuhfatu al-Murid Ala Jauharati al-Tauhid, Haqaqahu Ali Jum’ah Muhammad al-Syafi ’i, Darussalam al-Qahirah-Iskandariyah, 2010, hal. 38 18 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA ayat ini menggunakan bentuk jamak “Hanya kepada-Mu Kami mengabdi dan hanya kepada-Mu Kami meminta pertolongan.” Kata kami adalah menunjuk kebersamaan yang mengandung pesan gambaran ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan. Seorang muslim harus selalu memiliki kesadaran Dari ayat kelima ini bisa diambil suatu pesan manusia yang bertauhid itu dapat dipastikan memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Untuk memastikan kebenaran hipotesa tersebut, perlu melihat hubungan antara konsep tauhid dan manusia yang ada dalam al-Qur’an. Manusia dalam bahasa al-Qur’an arab bisa dijumpai dalam beragam kata seperti; al-Nâsu, al-Insânu dan al-Basyaru. Masing-masing kata tersebut disebutkan secara berulang-ulang dan selalu berhubungan dengan ayat-ayat yang lain. Dalam mendiskusikan tema tauhid dan hubunganya dengan manusia ini, akan dicoba membahas beberapa keterkaitan antara kedua konsep tersebut, bagaimana integrasi antara keduanya dalam alam pikiran manusia bisa terwujud, apa implikasi keterkaitan antara keduanya jika hal itu bisa dilaksanakan, serta faktor apa saja yang muncul sebagai akibat, jika ternyata keterkaitan itu diabaikan oleh manusia. Untuk mengungkap beberapa premis tersebut perlu dilihat disini apa sebanarnya manusia, jika ditinjau dari sinonim arab ; al-Naasu, al-Insaan dan dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 172 kali, masing-masing ayat tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Seperti surat 17 94 misalnya, ayat ini mengambarkan kuasa Tuhan yang memberi petunjuk agar manusia beriman. Jika Allah berkehendak maka tak seorang pun bisa menghalangi kehendak-Nya. “Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?” Seorang yang 39 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume I, Tangerang Lentera Hati, 2002, hal. 65 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 19Vol. 4, No. 1, Juli 2019telah mendapat petunjuk dari Tuhan, memiliki keyakinan yang kuat, biasanya selalu melakukan kebajikan. Orang yang shaleh selalu mengalir daripadanya kebaikan, memiliki empati tinggi terhadap orang lain, untuk berbuat yang baik. Dia merasa iba jika ada shabatnya dalam keadaan tidak baik, karenanya pula dengan ihlas memberikan peringatan kepada shabatnya itu. Orang-orang yang telah sampai pada tingkatan keimanan seperti itu, biasanya tidak berhenti untuk terus memupuk ketaqwaanya dengan berbagai cara, termasuk selalu mengingat perintah-Nya. Sebagaimana dalam al-Baqarah 2 21 “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” Ayat yang membimbing manusia agar cinta bersujud kepada-Nya ini menegaskan, jika seseorang telah cinta akan sujud shalat, maka biasanya tampak pada raup wajahnya itu pengaruh dari sujud, yang beimplikasi dalam prilau keseharianya. Orang-orang yang sudah sampai pada tingkatan seperti ini, tidak pernah menyuruh orang lain berbuat kebaikan kecuali yang bisa dia lakukan. Dia akan merasa berdoasa jika mengajak orang berbuat kebaikan sementara dirinya tak mampu mengerjakanya. Karena orang yang seperti itu memahami benar, bahwa hal yang seperti itu tidak dibenarkan dalam agama. Dia selalu ingat pesan ayat dalam al-Baqarah 2 44, “Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaktian, sedang kamu melupakan diri kewajiban mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab Taurat? Maka tidaklah kamu berpikir?” Dari ketiga ayat tentang manusia, yang berasal dari kata al-Naas di atas, semuanya menggambarkan, ketika manusia telah memiliki pemahaman tauhid dengan baik beriman, maka selalu mengalir dari padanya kebajikan. Dan tidak mengherankan jika pada tingkat keimanan yang seperti itu tampil menjadi sosok pribadi yang shaleh. Pribadi yang harum, menajubkan, mempesona dan memiliki daya pikat yang tinggi. Tidak saja bisa dini’mati oleh dirinya, tetapi juga bisa dirasakan 20 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA oleh orang lain. Perumpamaan orang yang shaleh itu, seperti pohon yang menjulang tinggi kelangit biru sementara akarnya menghujam ke dalam tanah. Pohon yang seperti itu bisa dijadikan orang untuk berteduh disaat panas dan hujan. Perumpaan orang shaleh seperti inilah yang ditamsilkan dalam al-Quran, Ibrahim 14 24 “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit.”40 Dalam kehidupan nyata, potret pirbadi yang shaleh, adalah potret pribadi yang digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari, “sosok yang selalu menakjubkan karena perbuatan baiknya selalu berkata dengan kata-kata yang baik orang seperti itu tidak perlu diragukan lagi kepribadianya.”41 Sosok manusia yang shaleh adalah pribadi yang dengan keshalehanya bisa memberikan kebahagiaan pada dirinya dan orang disekelilingnya. Itulah kebahagian manusia yang paling tinggi derajatnya. Kebahagian yang hakiki adalah kebahagian yang tumbuh dari perngaruh tauhid yang kuat. Darinya kebahagiaan itu tumbuh dan berkembang menyinari alam sekelilingnya. Yaitu kebahagian yang diperoleh dari hasil keimanannya yang kuat, bukan dari keringnya tauhid. Orang yang lemah iman atau tauhidnya kering, jika pun mendapatkan materi melimpah, maka sejatinya tidak biasa menikmati gemerlap materi itu, bahkan sering kali orang yang seperti itu mudah goyah. Kekayaan yang diperolehnya kosong, tidak memberikan ketentraman batin. Gemerlap materi yang tidak medatangkan kedamaian seperti itu, tidak lain dan tidak bukan, semata karena cara memperolahnya tidak berasaskan 40 Yang termasuk dalam kalimat yang baik ialah segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah. 41 Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah al-Bukhari Abu Abd Allah, Shahih al-Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Misriyah, h! p// bab. Al-Faklu, Jus, 16, No. 5756, hal. 210 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 21Vol. 4, No. 1, Juli 2019pada pandangan wujud alam Itulah arti dan dampak tauhid terhadap kehidupan manusia al-Naas.Berbeda dengan manusia yang berasal dari kata al-Insân. Kata al-Insân, bisa dijumpai dalam al-Qur’an sebanyak 56 kali. Dari 56 ayat tentang manusia tersebut masing-masing meskipun tidak semuanya hampir menunjukkan bahwa sejatinya manusia itu adalah makhluq yang lemah, yang tidak bisa hidup tanpa bantuan atau keringanan. Seperti yang dilukiskan pada surat, An-Nisa 4 28. “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” Manusia jika dalam kondisi lemah, biasanya mengakui kelemahanya dengan berharap mendaptkan bantuan, tetapi jika dia merasa sudah kuat, maka lupa dengan yang pernah memberi bantuan tersebut. Kelemahan dan tabiat manusia yang seperti itu, dipertegas dalam surat Yunus 10 12. “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” Itulah gambaran manusia yang lemah iman. Karakter manusia yang lemah iman bisa dilihat tanda-tandanya, seperti sikapnya yang selalu mengeluh, tidak pernah bersykur walaupun memperoleh ni’mat, mudah putus asa apabila ni’mat yang diberikan kepadanya itu halang. Potret manusia yang seperti itu sama yang digambarkan dalam Hud 11 9 “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat ni’mat dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” Merajuknya seorang yang lemah iman dan mudahnya mereka putus asa 42 Syed Muhammad Naquib al-A! as, Ma’na Kebahagiaan Dan Pengalamannya Dalam Islam, Kuala Lumpur ISTAC, 2002, hal. xIvi 22 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA ini dipertegas lagi dalam surat ke 41 49. “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” Dari ayat-ayat di atas, dapatlah disimpulkan, bahwa sikap seseorang yang mudah putus asa, merajuk, tidak pernah bersykur jika mendapatkan rizqi, itu semua apabila dicermati sebenarnya bersumber dari lemahnya iman dalam diri mereka. Baginya bisa dipastikan, bahwa tipe-tipe seperti itu adalah manusia yang tidak produktif. Orang-orang yang tidak percaya Tuhan, selalu melihat setiap persoalannya hanya berdasarkan standar rasionya. Realiatas kehidupan seperti itu mudah dijumpai dalam masyarakat Barat. Dalam tradisi masyarakat Barat, jika terjadi persoalan yang rumit diantara mereka, generasi; tua, muda dan belia, maka mudah sekali mereka untuk saling baku hantam yang tidak ada penyelesaianya. Mereka sering mendapatkan suatu kondisi yang buntu tidak mendapatkan jalan keluarnya. Maka tidak mengherankan jika di Barat terjadi apa yang disebut sebagai generation gap. Di Barat, pada umumnya masyarakat terbagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan tua, muda dan belia. Masing-masing golongan ini menunjukkan sikap perpisahan yang sangat akut. Perpisahan mereka ini terjadi karena masing-masing mereka berusaha mencari ma’na hidupnya sendiri-sendiri. Masing-masing saling menanyakan kehidupanya; Aku ini siapa ? dan ke manakah akhir nasib hayatku ?43 itulah kondisi orang yang tidak percaya Tuhan yang terjadi di Barat. Berbeda sekali dengan kondisi masyarakat Muslim. Orang-orang yang beriman akan menggunakan imannya untuk menyelesaikan persoalan hidup, sehingga segala persoalan dapat diatasi dengan bantuan keyakinanya itu. Karena iman pula, segala persoalah hidup bisa diselesaikan, sehingga tidak terjadi dalam keluarga Muslim apa yang disebut dengan generation gap, seperti yang terjadi di Barat. Dalam Islam, 43 Syed Muhammad Naquib Al-A! as, Risalah, Ma’na Kebahagiaan Dan Pengalamannya Dalam Islam, hal. 92-94 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 23Vol. 4, No. 1, Juli 2019hubungan antara genarasi; tua, muda dan belia saling terjaga dan saling melengkapi. Orang tua memberikan contoh kepada yang muda, yang muda memberi contoh kepada yang belia dan begitu seterunya. Potret contoh yang paling edial dalam Islam adalah Nabi Muhammad SAW. Seperti disebutkan dalah hadis shahih Bukhari, “Rasulullah adalah contoh diatara kamu yang paling baik.”44 Itulah perbedaan gambaran manusia yang percaya dan tidak percaya lagi dengan kata al-Basyar manusia, yang disebutkan dua kali yaitu pada surat Maryam 19 26 dan Al-Mudatsir 74 25. Surat Maryam dan Mudatsir ini, jika diperhatikan keduanya menggambarkan kisah yang sangat berbeda. Pada surat Mudatsir tampak kesombongan manusia yang berpaling dari kebenaran. “Kemudian dia berpaling dari kebenaran dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata “Al Quran ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari dari orang-orang dahulu. Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia. Aku akan memasukkannya ke dalam neraka Saqar.” Sementara dalam surat Maryam bisa diamati adanya seorang yang shaleh, dan karenanya prtolongan itu datang. “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.” Dari kedua surat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sejatinya manusia itu menghadapi dua realitas yang berbeda dan membawa konsekewensi sebab musabab. Jika manusia taat terhadap hukum yang telah ditetapkan Allah, maka dia akan mendapatkan kemudahan, pertolongan dan kebahagiaan, 44 Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah al-Bukhari Abu Abd Allah, Shahih al-Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Misriyah, h! p// bab. Al-Juhru Biqira’ati Shalat, Jus, 3, No. 774, hal. 303 24 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA tetapi jika mengikari ketetapn-Nya, maka diapun mendapatkan ancaman dan siksaan. Manusia dihadapkan dua pilihan antara yang membahagiakan dan yang menyengsarakan. Hal ini dipertegas oleh hadis Nabi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari sebagai berukut, “Orang-orang yang mencitai kebahagiaan, akan dimudahkan baginya pekerjaan untuk mendapatkan kebahagian itu dan jika ada yang menyukai kesengsaraan, maka dipermudah pula bagianya melakukan perkerjaan yang menuntun jalan kesengsaraan tersebut.”45 Kesempatan seseorang memperoleh kebahagiaan dan kesengsaraan sebenarnya sama, sangat tergantung pada daya dan upaya serta kemauan jiwanya. Jika sesorang menghedaki kebahagiaan dan memiliki semangat jiwa yang kuat untuk memperoleh kebahagiaan tersebut, maka akan dimudahkan baginya jalan menuju kebahagiaan, tetapi jika jiwanya semangt melakukan hal-hal yang negatip, tentu akan dipermuadah baginya menuju kesengsaraan. Hanya orang-orang yang mampu mengendalikan jiwanya dengan baik dan benar yang mampu memperoleh kebahagian. Supaya manusia melalui jiwanya bisa memperoleh kebahagiaan, maka diutuslah Nabi Muhammad untuk memberikan kabar gembira kepada para pecinta kebaikan, baginya kebahagiaan dan juga sekaligus memberi peringatan bagi yang menyukai kemungkaran baginya ancaman Dengan demikian kesempatan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan kesengsaraan sejatinya tidak bisa dilepaskan dari upaya dan semangat jiwanya masing-masing. Jika dia memiliki semangat dan jiwa tinggi akan kebaikan, maka mudah bagianya memperoleh kebahagiaan. Sebaliknya jika jiwanya 45 Muhammad ibn Isma’il ibn ibrahim ibn Al-Mughirah al-Bukhari Abu Abdillah, Shahih Bukhari, Mauqiu Wuzaraa’i al-Auqaf al-Misriyah, h! p// bab. Mauidzati al-Muhadis Inda al-Qabri, Jus, 5, No. 1362, hal. 28746 Sayid Ahmad Razaq, Syarkh Aqidah al-Imam al-Ghazali, Tahqiq Muhammad Abdul al-Qadir Nasar, Jami’atu al-Zahar, Taba’ah Ula, 2008, hal. 134 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 25Vol. 4, No. 1, Juli 2019cenderung melakukan hal-hal yang negatif, tentu mudah baginya memperloh kesengsaraan. Jika halnya demikian, maka upaya mendapatkan kebahagiaan juga harus melibatkan upaya memelihara jiwa. Hanya jiwa yang baiklah yang mampu menghantarkan pemiliknya memperoleh kebahagiaan. Dalam kaitan jiwa ini, Abu Hamid al-Ghazali menyatakan, bahwa jiwa manusia itu memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan ilmu dan amal. Kekuatan jiwa yang bersumberkan dari ilmu terbagai menjadi dua yaitu melalui pengenalan dan pekerjaan. Kekuatan jiwa yang dibimbing dengan ilmu mampu mengenal bahwa Allah itu satu. Yang kedua adalah pekerjaan yang didasarkan pada ilmu juga mampu mengetahui hal yang benar, seperti seseorang mengetahui perbuatan zdalim adalah hal yang jelek dan tidak Jika jiwa yang mendapatkan bimbingan ilmu itu mampu mengenal kebenaran, maka diapun akan mampu memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan yang sebenarnya adalah kebahagiaan yang bisa mendekatkan diri dengan Tuhan-Nya. Kebahagiaan yang kekal dalam kehidupan adalah kebahagiaan yang tidak merujuk pada kebahagiaan jasmani atau insani, tidak kepada diri hewani dan badan insan saja, ia bukanlah suatu keadaan mental semata-mata, atau perasaan yang mempunyai ujung pangkal dan bukan bersenang-senang karena hiburan. Kebahagiaan yang kekal di dunia melibatkan keyakinan kepada kebenaran terakhir dan pelaksanaan segala perbuatan yang sesuai dengan keyakinan itu. Keyakinan adalah suatu keadaan yang kekal dalam kesadaran yang menjadi fi trah kepada sesuatu yang kekal pada diri manusia, ia bersifat ruhani yang disebut qalbu. Itulah ketenangan, ketentraman dan keselamatan hati tma’ninah; ia adalah pengenalan ma’rifah dan pengenalan ini adalah 47 Hujatu al-Islam Abi Hamid al-Ghazali, Maqasidu al-Falasifah, al-Taba’ah al-Ula, 1420 H, Syed Muhammad Naquib Al-A! as, Makna Kebahagiaan Dan Pengalamanya Dalam Islam, hal. 42 26 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Dari ketiga pendekatan sinonim tentang manusia di atas, secara sederhana dapat disimpulkan disini, bahwa al-Nâs memiliki makna yang cukup luas dari pada makna al-Insaan dan al-Basyar. Namun perbedaan makna dari sinonim tersebut tidak sampai merubah esensinya sebagai makhluq, semuanya masih mengacu pada manusia sebagai sebuah mikrokosmos, yang terdiri dari tubuh, jiwa dan ruh. Gagasan mengenai manusia sebagai mikrokosmos ini merupakan salah satu prinsip sains yang paling fondamental yang ditumbuhkan oleh Islam, khususnya sains Pandangan Islam tentang manusia memiliki konsekensi penting terhadap semangat yang denganya orang Islam mengkaji dan memperlakukan tubuh manusia. Islam memahami bagaimana tubuh manusia ditempatkan sesuai dengan hak dan kewajibanya. Islam sangat meperhatikan tentang kesehatan, kesejahteraan, kebaikan tubuh secara keseluruhan, bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk jiwa spiritual yang merupakan esensi riel manusia. Islam sangat memperhatikan kesehatan jiwa. Jiwa yang sehat hanya bisa terwujud pada tubuh yang tubuh dan jiwa akan membantu pemenuhan kesehatan spiritual. Jika tubuh dan jiwa teracam maka dapat dipastikan pemenuhan kebutuhan spiritual bisa terganggu. Jika manusia mengabaikan hak dan kebutuhan jiwa dan tubuh, maka dalam saat yang sama telah mengabaikan salah satu sebab terpenuhinya kebutuhan ruhani. Salah satu upaya memenuhi semua unsur yang diperlukan manusia sebagai mikrokosmos adalah perhatian dan menegemen yang memadai, sehingga hubungan yang integral antara jiwa, tubuh dan ruhani bisa tercapai. Terpenuhinya kesehatan jiwa, tubuh dan ruhani adalah prasyarat bagi terpenuhinya kebahagiaan hidup. Oleh karena itu ketiganya harus integrit dalam diri manusia dan tidak bisa dipisahkan. Memisahkannya sama halnya memisahakan 49 Osman Bakar, Tauhid & Sains Perspektifp Islam Tentang Agma dan Sains, Pustaka Hidayah, 2008, hal. 301 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 27Vol. 4, No. 1, Juli 2019tauhid dengan manusia. Jika manusia terpisah dengan tauhid, maka kehancuran yang Tauhid dan IlmuDalam al-Qur’an, orang yang berilmu memiliki kedudukan yang sangat penting. Karena pentingnya sebuah ilmu, maka al-Qur’an membicarakan secara panjang lebar tentang ilmu. Salah satu ayat yang membicarakan tentang kedudukan ilmu itu juga bisa dilihat pada surat al-Fatihah. Menurut Fakhr al-Din al-Razi, seluruh ilmu itu sejatinya berada dalam empat kitab yaitu dalam al-Qur’an, yang ada di dalam al-Fatihah, ilmunya al-Fatihah berada dalam “Bismillahirrahmanirraim”, dan ilmunya bimilllahirrahmanirrahim berada di dalam huruf ba’ dalam bismillah. Yang dimaksud dengan seluruh ilmu itu adalah sampainya hamba kepada Tuhannya. Dan huruf ba’ yang ada pada bismillah merupakan huruf yang bisa menyampaikan seorang hamba kepada Dari pesan yang terkandung dalam huruf ba’ itu, seperti yang telah dijelaskan dimuka, memiliki maksud bahwa segala sesuatu itu mesti dimulai dengan atas nama Allah. Apabila suatu tindakan tidak diniati dengan bismillah maka tidak akan sampai pada tujuan karena nilai berkahnya kaitanya dengan pembahasan tentang tauhid dan hubunganya dengan ilmu ini, akan dicoba mendiskusikan; apa keutamaan orang-orang yang berilmu, kedudukan orang yang berilmu atau alim, bagaimana cara mencari ilmu, menyampaikan ilmu dan lain sebagainya. Disamping itu perlu juga melihat kemungkinan untuk mencoba bagaimana hubungan antara tauhid dan ilmu itu bisa harmonis dalam alam pikiran manusia sehingga mampu menjadi sebuah paradigma ilmu baru yang bisa berfungsi menyelesaikan problem kekinian. Cukup banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang pentingnya ilmu. Setidaknya tidak kurang dari 80 50 Arrazi al-Syafi ’i, al-Tafsir al-Kabir au Fatihu al-Ghaib, hal. 88 28 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA tempat atau ayat dalam al-Qur’an yang membicarakan tentang ilmu. Karena pentingya arti sebuah ilmu, maka surat yang pertama kali turun adalah surat tentang belajar mencari ilmu, Al-Alaq 96 1-5. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengaan perantara kalam tulis baca. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Ayat ini menginstruksikan kepada seluruh ummat manusia agar selalu belajar dan belajar. Dengan belajar dan membaca manusia akan mengetahui segala sesuatu termasuk mengenal Tuhan-Nya. Mengenal Tuhan adalah salah satu misi diperintahkannya manusia belajar. Diperintahkannya manusia belajar, semata agar mampu memperbaiki segala kekuranganya, memperbaiki kinerjanya, memperbaiki ibadahnya, memperbaiki kualitas hidupnya dan lain sebagainya. Hal yang demikian karena memang sangat berbeda cara mengetahui dan mengenal Tuhan-Nya, bagi orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Hal ini dipertegas dengan Al-Zumar 39 9, “...Katakanlah “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” Perbedaan bagi orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu jelas sangat tampak dalam cara mereka bersikap dan berbuat. Itulah sebabnya mengapa Allah mengangkat derajat bagi mereka yang berilmu. Mereka yang berilmu lebih memahami, mengetahui sekaligus mengerti manfaat dari apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hal yang demikian ditegaskan kembali dalam An-Nisa 4 162, “Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu Al Quran, dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 29Vol. 4, No. 1, Juli 2019yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” Allah tidak saja mengangkat orang yang berilmu, tetapi juga memberi pahala yang besar buat mereka yang berilmu. Allah memberi pahala yang besar buat mereka, karena mereka melaksanakan segala sesuatu pekerjaan berdasarkan ilmu yang dimilikinya; dengan ilmunya mereka beriman, dengan ilmunya shalat, dengan ilmunya zakat dan lainya. Berbeda dengan orang-orang yang memiliki ilmu tetapi tidak mempercayai adanya Tuhan atau tidak beriman, maka orang yang seperti itu tidak memberikan manfaat buat dirinya dan orang lain, bahkan tidak jarang orang seperti itu bisa menggangu orang lain dan merusak alam sekilingnya. Bagi mereka alam disediakan untuk dikelola manusia, sehingga karenanya bisa berbuat apa saja untuk kepentinganya. Itulah kondisi budaya masyarakat Barat yang mengekploitasi alam dengan sesuka hatinya. Budaya ekploitasi alam dengan cara seperti itu semata dipengaruhi oleh cara pandang mereka terhadap alam itu sendiri. Mereka berpandangan bahwa bagaimana manusia itu bisa mengambil manfaat darinya. Seperti dikatakatan Hasan Hanafi , bahwa alam diciptakan untuk dimanfaatkan Tipe-tipe orang seperti itu, tentu bukannya semakin dekat dengan tuahn-Nya, tetapi justru semakin jauh dari kebenaran, padahal sejatinya ilmu itu untuk mendekatkan diri pada kebenaran dan meni’mati kebenaran. Potret manusia seperti itu sama seperti yang dilukiskan dalam al-Qur’an, Ali Imran 3 23 “Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang Yahudi yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab Taurat, mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi kebenaran.” Orang-orang yang seperti itu tidak berusaha mendekatkan 51 Lihat Hasan Hanafi , Islamologi 3 Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme, LKiS, 2004, hal. 69 30 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA diri pada kebenaran tetapi justru berpaling dari kebenaran. Mendekatkan diri pada kebenaran bagi mereka merupakan persoalan yang sama dengan mendekatkan diri pada Tuhan. Oleh karena mereka berusaha menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau agama, maka mereka tidak bisa mendapatkan kebenaran yang muktamad. Sebagai akibat dari cara pandang seperti itu, mereka pun kemudian menaklukkan alam sesuai dengan kehendaknya. Pola pandang seperti ini, tentu tidak berbeda dari pandangan humanis yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan manusia. Berbeda dengan pola pandang Islam yang mengajarkan, bahwa alam diciptakan sebagai panggung bagi manusia, sebuah lapangan tempat tumbuh dan berkembang menikmati anugerah-Nya dan melakukan hal itu secara etis berharga52, sebagai manifestasi cinta kepada-Nya. Islam mengajarakan kepada manusia agar ilmu yang dimilikinya membawa keramahan terhadap alam semesta. Islam mengajarkan bagi yang berilmu menjadikan ilmunya itu sebagai instrumen mengenal dengan kebenaran. Islam mengajarkan, bahwa dengan ilmu manusia bisa melakukan perbuatan yang baik dan menjauhkan diri dari yang mungkar. Semakin berilmu seseorang, maka mestinya semakin bisa ramah terhadap alam, dekat dengan kebenaran, mudah melakukan kebajikan, jauh dari maksiat dan lain sebagainya yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sesuai fi trahnya adalah makhluq yang bertauhid; mengakui keesaan Tuhan dan mengabdi kepada-Nya. Pengabdian tersebut bukanlah suatu kebetulan, melainkan itulah tujuan diciptakan manusia. Namun dalam perjalanannya kebanyakan manusia mulai lupa tauhid bahkan tidak lagi menyakini tauhid itu penting hingga tidak lagi mengabdi 52 Lihat Al-Faruqi, Tauhid, Pustaka, 1988. hal. 58.; Lihat QS, Al-Baqarah, 229, Al-Mulk, 672. Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 31Vol. 4, No. 1, Juli 2019kepada-Nya. Itulah sebabnya mengapa para utusan Allah itu di tugaskan menyampaikan misinya mengajak mereka kembali kepada tauhid. Cukup banyak surat dan ayat al-Qur’an yang menjelaskan pentingya tauhid, termasuk didalamnya surat al-Fatihah. Tauhid yang terdapat dalam surat al-Fatihah sangat komprehensif, karena mencakup tauhid rubûbiyah, ulûhiyah dan al-asmâ’ wa al-shifât. Bahkah al-Fatihah sebagai salah satu surat dalam al-Qur’an, tidak saja mengandung konsep tauhid, tetapi juga mengandung makna seluruh isi al-Qur’an. Komprehensifi tas tauhid dalam surat al-Fatihah itu bisa dilihat misalnya pada ayat pertama “Bismillâhirrahmânirrahîm”. Ayat ini merupakan nama dari nama-nama Allah yang mengandung seluruh isi al-Qur’an. Ayat tersebut juga menjelaskan pentingnya segala sesuatu itu dimulai dengan tauhid, yaitu dengan menyebut nama Allah. Suatu pekerjaan jika tidak dimulai dengan bismillâh maka akan terputus dan bahkan tidak memiliki nilai berkah. Keselamatan dan kebahagiaan hidup tidak akan dapat diraih bagi orang yang buta tauhid seperti yang terjadi di Barat. Dalam tradisi masyarakat Barat, jika terjadi persoalan yang rumit diantara mereka, maka mereka mudah sekali saling baku hantam yang tidak ada penyelesaianya. Mereka sering mendapatkan suatu kondisi yang buntu dan tidak mendapatkan jalan keluarnya. Maka tidak mengherankan jika di Barat terjadi apa yang disebut dengan sebagai generation gap. Berbeda jauh dari pribadi yang mampu mengitegrasikan ilmu dan tauhid serta mengamalkan dalam keseharianya. Mereka mampu mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Itulah sebabnya mengapa al-Qur’an dan al-Hadis menyeru agar senantiasa manusia itu berilmu. Bahkan Allah secara khusus mengangkat derajat bagi mereka yang berilmu. Dengan ilmu manusia memahami arti dan pentingnya tauhid, dan dengan ilmu pula seseorang mengetahui fi trahnya yang bertauhid. 32 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Jika seseorang telah sampai pada tingkat keimanan yang tinggi, maka dia akan mampu tampil menjadi sosok pribadi yang shaleh. Pribadi yang menajubkan, mempesona dan memiliki daya pikat yang tinggi. Tidak saja bisa bermanfaat bagi dirinya, tetapi juga bisa dirasakan oleh orang lain. Perumpamaan orang shaleh itu, seperti pohon yang menjulang tinggi kelangit biru sementara akarnya menghujam ke dalam tanah. Pohon yang seperti itu mampu memberikan manfaat yang besar bagi siapapun yang berada disekitarnya, mampu menjadi tempat berteduh bagi yang membutuhkanya. Itulah gambaran pribadi bertauhid, pribadi yang bermanfaat bagi orang banyak, pribadi yang beriman, berilmu yang mampu mengamalkannya dengan baik dan benar sehingga memperoleh kebahagian hidup. Dan itulah sesungguhnya gambaran sebaik-baik manusia yang memiliki peradaban tinggi yang menjadi harapan ummat. Wallahu PustakaAl-Qur’an dan Terjemahanya, Madinah Munawarah, Digital versi Tauhid, Jumadil Akhir 1425,Agustus 2004, Website h! p// E-mail info Hanifah Nukman ibn Stabit al-Kufi , Imam al-Adzam, Al-Fiqhu al-Akbar, Darul al-Ma’arif al-Nidzamiyah, 1342 Mansur Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi al-Samarqandi, Imam Ilmu al-Hady, Kitabu al-Tauhid, Haqaqahu Fathullah Khalaf, Istanbul Turki al-Maktabah al-Islamiyah, Yazid al-Ajami, Abu al-Yazid, al-Aqidah al-Islamiyah Inda al-Fuqaha al-Arba’ah, Darussalam, Abu Hasan Ali ibn Isma’il ibn Abdillah ibn Abi Hasan, al-Ibanah an-Ushuli al-Diyanah, Bairut-Libanon Daaru Ibn Zaidun, ! . Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 33Vol. 4, No. 1, Juli 2019____, Syaikhu Ahli Sunah wa al-Jama’ah Imam Abu Hasan Ali Ibn Ismil, Maqalat al-Islamiyin wa Ikhtilafu al-Mushalin, Haqqahu Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Jus 1-2, Mesir Maktabah al-Nahdzah al-Misriyah, as, Syed Muhammad Naquib, Ma’na Kebahagiaan Dan Pengalamannya Dalam Islam, Kuala Lumpur ISTAC, Syed Muhammad Naquib, Risalah untuk Kaum Muslimin, Kuala Lumpur ISTAC, 2001. ____, Syed Muhammad Naquib Prolegomena To The Metaphysics of Islam An exposition of The Fundamental Elements of The World View of Islam, Kuala Lumpur ISTAC, al-Sabuni, Muhammad, Tafsir Ayat al-Ahkam, Jilid I, Baerut Daru al-Kutub al-Ilmiyah, 2004. ____, Muhammad, Shafatu al-Tafasir, Jilid I, Daru al-Sabuni, Imam, Ala Jauhari Tauhid, Haqaqahu Dr. Ali Jum’ah Muhammad al-Syafi i, Darussalam, Edisi V, Abu Abd Allah, Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah, Shahih al-Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Misriyah, h! p// bab. Al-Faklu, Jus, Abu Abd Allah, Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah al-Bukhari Abu Abd Allah, Shahih al-Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Misriyah, h! p// bab. Al-Juhru Biqira’ati Shalat, Jus, Abu Abdillah, Muhammad ibn Isma’il ibn ibrahim ibn Al-Mughirah, Shahih Bukhari, Mauqiu Wuzaraa’i al-Auqaf al-Misriyah, h! p// al-Muhadis Inda al-Qabri, Jus, Abu Abdillah, Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrhaim ibn al-Mughirah, Shahih Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Auqaf al-Misriyah, h! p// Bab. Tauhid, Juz 24. Al-Razi, Fakhr al-Din, al-Tafsir al-Kabir au Fatihu al-Ghaib, al-Mujalad 1-2, Bairut Darul al-Qutub al-Ilmiyah, Isma’il Raji, Tauhid, Pustaka, 1988. 34 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Al-Ghazali, Abu Hamid, al-Iqtishad fi al-i’tiqad, Tahqiq Fadhilatu al-Syaikh Mustafa Abu al-Aala, Mesir Maktabah al-Jundi, 1518. Abu Hamid Hujatu al-Islam, Maqasidu al-Falasifah, al-Taba’ah al-Ula, 1420 al-Syahrastani, Abi al-Fa! ah Muhammad Abdul al-Karim Ibn Abi bakar, al-Milal wa al-Nihal, Tahqiq Abdul al-Aziz Muhammad al-Wakil, Lebanon Darul al-Fikr, ! . Ahmad Marzuqi, Al-Syayid, Aqidah al-Awam, Surabaya Maktabah Muhammad Ibn Ahmad Nabhan wa Aulaaduhu, ! .Arief, Syamsuddin, Pemikiran Barat Modern Dari Renaissans hingga Postmodernisme, makalah disampaikan pada pembekalan PKU IV, ISID, 01/02/2011. Al-Ulyani, Dr. Ali Ibn Nafi ,’ Hakekat al-Tauhid wa al-Farqu Baina al-Rububiyah wa al-Uluhiyah, Riyad al-Thaba’ah al-Ula, 1998. Ahmad ibn Muhammad ibn Hambali ibn Halali ibn Asad al-Syaibani al-Fakih wa al-Muhadis Shahibu al-Mazdhab, Abu Abdillah, Musnad Ahmad, Mauqiu Wuzarai al-Auqaf al-Misriyah, h! p// Juz 48, Bab. Hadis Abi Amamah al-Bahi, No. 22818. Al-Thabari, Muhammad ibn Jarir ibn Yazid ibn Kastir ibn Ghalib al-Amly Jami’u al-Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an, al-Muhakak Ahmad Muhammad Sakir, al-Thaba’ah al-Ulla, Mauqiu Majma’ al-Muluk Fahad Li al-Thaba’a al-Syarif, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta Gramedia Pustaka utama, Osman, Tauhid & Sains Perspektifp Islam Tentang Agma dan Sains, Tangerang Pustaka Hidayah, al-Baijuri, Syaikh Islam al-Syaikh, Bitahqid al-Maqam Ala Qifayati al-Awam, Semarang Maktabah wa-Taba’ah Karya Taha Putra, ! .Ibn Katsir al-Qurtubi al-Dimasqi, Imam al-Jalil al-Hafi dz Imaduddin Abi al-Fida Ismail, Tafsir al-Qur’an al-Azdim, Jilid I, Riyadh Darussalam, 1998. Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 35Vol. 4, No. 1, Juli 2019Ibrahim al-Tuwairiji, Syaikh Muhammad ibn, Mukhtasyar Fikih Islami, diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Eko Hariyanto Abu Ziyad & Muhammad Latif, Lc, ISLAMOBIA, Zarkasyi, Hamid, Pandangan Hidup, Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Islam, makalah disampaikan pada workshop Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di Sekolah Tinggi Lukman ul Hakim, Hidayatullah Surabaya, 12-13 Agustus Membangun Peradaban Dengan Ilmu, Kalam Indonesia, Depok Kampus UI, Pandangan Hidup sebagai Asas Epistimologis Islam, Kumpulan Materi Kuliah Worldview Islam, Program Pasca Sarjana ISID, Zarkasyi, Amal, Konsep Tauhid Ibn Tayimiyah & Pengaruhnya di Indonesia, Darussalam, , Hasan, Islamologi 3 Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme, LKiS, Jean, dalam Bringuier, 1980 hlm. 110., Dalam Wikipedia, Valmband, Arthachristianti. Woedpress. Com, Pembebalajaran Guru, di unggah, pada tanggal 14 Maret Sayid Ahmad, Syarkh Aqidah al-Imam al-Ghazali, Tahqiq Muhammad Abdul al-Qadir Nasar, Taba’ah Ula, Mesir Jami’atu al-Zahar, Tafsir al-Misbah, VolI, Tangerang Lentera Hati, Ibn, Majmuat al-Fatawa, Haqaqahu Farid Abdu al-Aziz al-Hasani, Jilid I, Darul al-Hadis al-Qahirah, 2006. Agung SetiyawanMoh. Ainin Uril BahruddinAhmad Arifin B. SaparSurah Al-Fatikhah is very important to understand, because this surah is the main surah in the Qur’an which contains several hidden meanings that need to be understood by every Muslim. Surah Al-Fatikhah must be read in every prayer, but several people do not understand its meaning. This paper aimed to reveal the secrets of sentence phrases in the Surah Al-Fatikhah. The research data were obtained from several classical books tafsir and several journal articles discussing Surah Al-Fatikhah. The results showed that Surah Al-Fatikhah contains an implicit message which is reflected in 3 main points, namely 1 the sentence, such as deleting alif in the bismillah sentence, the use of "al" in the word Hamdu’ and Alamin’ 2 the word choice, such as the use of the word al-Rahman, al-Rahim, Rabb al-'Alamin, Malik, Yaum al-din , al-Sirat, al-Mustaqim, al-Magdub, and al-Dallin and 3 sentence structure such as a statement in the form of a sentence with the intention of the command used in the sentence al-Hamdu lillahi Rabbil Alamin, especially an objective in the expression of “Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta’in” as in the study of Balagah chapter al-Qasr in Ma'ani, and equating the word “al-Sirat al-Mustaqim” with al-Din al-Ḥaq as in the study of Balagah chapter al-Majaz in Bayan. Therefore, through this research, by understanding the meaning of the message contained in the Surah Al-Fatikhah, it would hopefully help a Muslim become more motivated in performing Digital versi Tauhid, Jumadil Akhir 1425,Agustus 2004, Website hĴ p// E-mail info Prolegomena To The Metaphysics of Islam An exposition of The Fundamental Elements of The World View of IslamSyed Muhammad____, Syed Muhammad Naquib Prolegomena To The Metaphysics of Islam An exposition of The Fundamental Elements of The World View of Islam, Kuala Lumpur ISTAC, ibn Isma'il ibn Ibrhaim ibn alMughirahAbu Abdillah____, Abu Abdillah, Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrhaim ibn alMughirah, Shahih Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Auqaf alMisriyah, hh p// Bab. Tauhid, Juz Barat Modern Dari Renaissans hingga Postmodernisme, makalah disampaikan pada pembekalan PKU IVSyamsuddin AriefArief, Syamsuddin, Pemikiran Barat Modern Dari Renaissans hingga Postmodernisme, makalah disampaikan pada pembekalan PKU IV, ISID, 01/02/ Pengetahuan dan Pendidikan Islam, makalah disampaikan pada workshop Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di Sekolah Tinggi Lukman ul HakimFahmi ZarkasyiPandangan HamidHidupFahmi Zarkasyi, Hamid, Pandangan Hidup, Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Islam, makalah disampaikan pada workshop Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di Sekolah Tinggi Lukman ul Hakim, Hidayatullah Surabaya, 12-13 Agustus 3 Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme, LKiSHasan HanafiHanafi, Hasan, Islamologi 3 Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme, LKiS, 2004. Peaget, Jean, dalam Bringuier, 1980 hlm. 110., Dalam
ILMUHIKMA SEJATI Untuk Pemesanan Pelet Bulu Perindu Silahkan Hub/Sms 082164632944 PIN BBM : 29B41722 . Bulu Perindu Sukma Bulu Perindu Asli Kalimantan Minyak Bulu Perindu Asli Kalimantan Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan
Artikel kiriman email ===================================== ASSALAMUALAIKUM WRWB. Semoga diperkenankan berbagi secuil ilmu Allah di blog KWA dan sebelumnya saya ucapkan ribuan terimah kasih. MENYATUKAN AL FATIHAH BETINA/MAKHRIFAT KE TUBUH DENGAN NAMA MALAIKAT PEMBAWA SETIAP AYAT AL FATIHAH Pertama siapkan salah satu bahan ini,secuil emas atau batu pirus batu pirus dalam suatu riwayat terbentuk dari air susu Siti Hawa yang menetes ke bumi. Tampung air hujan secara langsung secukupnya,air hujan yang turun pertama kali minimal tiga hari tidak turun hujan. Setelah semuanya siap maka pada malam harinya sekitar pukul setelah salat tahajjud maka letakkan bahan tadi di depan pirus atau emasnya masukkan dalam air hujan tadi. Baca syahadat 1x,salawat ibrahimiya 33x,surah Al fatihah 33x di setiap sampai pada ayat IYYAAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA’IN maka sebut nama anda beserta nama ayah dan ibu anda. Surah Al fath ayat terakhir 33x. Langkah-langkah penyatuan I. Tempelkan ke dua telapak tangan di ubun-ubun dan bacalah,BI’ISMILLAHIR RAHMAANIR RAHIM WA BI’ISMILLAHIR ROUFUR RAHIM khususan ilaa Aminullah ainul haq,sambung dengan al fatihah betina secara utuh 1x atau 3x. II. kedua tangan memegan telinga seperti orang azan dan bacalah,AL HAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN kuhususan ilaa malaikat Hamdu, sambung al fatihah betina 1x atau 3x. III. kedua tangan mendekap jantung dan bacalah,ARRAHMANIRRAHIM khususan ilaa malaikat Rahmat, sambung al fatihah betina 1x atau 3x. IV. tangan kanan menempel melintang di perut dengan ibu jarinya menyentuh pusar, tangan kiri lurus di samping bacalah, MAALHKI YAUMIDDIN khususan ilaa Romani,sambung al fatihah betina 1x atau 3x V. tangan kiri melintang menempel di perut dengan ibu jarinya menyentuh pusar,tangan kanan lurus di samping dan bacalah, IYYAKA NA’BUDU WA IYYAAKA NASTA’IN khususan ilaa malaikat Lubani,sambung al fatihah betina 1x atau 3x. VI. kaki kanan melintang bersilah,kaki kiri lurus membujur dan bacalah, IHDINASSIRAATAL MUSTAQIM khususan ilaa malaikat Subani,sambung al fatihah betina 1x atau 3x VII. kaki kiri melintang bersila,kaki kanan lurus membujur dan bacalah, SIRAATALLAZIINA AN’AMTA ALAIHIM khususan ilaa malaikat Saribidaya, sambung al fatihah betina 1x atau 3x. VIII. bagian kelamin kencankan, dubur tarik ke atas dan bacalah, GAIRIL MAGDUUBI ALAIHIM WALADDAALLIIN khususan ilaa malaikat Sariyati, sambung al fatihah betina 1x atau 3x. Ucapkan AAMIIN,tiupkan nafas ke air tadi 3x. Baca kembali al fatihah betina 33x lalu tiup lagi air dengan nafas 3x. Simpan air tadi untuk melakukan ritual yang sama dan waktu yang sama selama 7 malam berturut-turut. Malam terakhir sebelum salat subuh,minum 3 teguk air itu sisahnya campurkan pada air mandi untuk mandi beserta emas atau pirusnya. Sebelum mandi baca lagi al fatihah betina 3x dan mandilah. Perawatan ilmu bacalah al fatihah betina 3x atau 7x perhari sambil mengemut emas atau batu pirus. Al Fatihah Betina/Makhrifat bismillahirrahmaa nirrahiim 1. Fa tabaarakallaahu ah sanul khaaliqiin. Dzhahiru Rabbi wa baathinu abdi illallahu. Hu allahu, huwa ruhum. 2. Hu dzatullah. Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah. 3. La ilaha illahu, Muhammad wujudullah. La ilaha illallahu nuuri haqqullaah. La ilaha illallahu Muhammad astaghfirullaah. Kun shalli alaa Muhammad. 4. Bii kaana maa kaana wa bii kaanuu maa yakuunuu. Fa wujuudul awwaalimi bii. 5. Laa ma’budu bi haqqi illallah. Ushul daratul haqq, al insaanu sirri wa ana sirruhu, wa sirri shifaati, wa shifaati laghayri. 6. La ilaha illallah shalatihim daa-imun, ana insan kamil mukammil. 7. La ilaha illallah wahdahu laa syariika lahu wa anna Muhammadan abduhu wa rasuuluhu. La ilaha ilaha illallah. PENYATUAN TAHAP II/AKHIR Jedah waktu dari tahap awal ke tahap ini minimal 40 hari, cara pengamalannya cukup mengemut emas secuil atau batu pirus. Mulailah di hari/malam Ahad pertama bulah hijriyah/ bukan masehi Hari Ahad Baca Al-Fatihah 1x Fa tabaarakallaahu ah sanul khaaliqiin. Dzhahiru Rabbi wa baathinu abdi illallahu. Hu allahu, huwa ruhum,616x Hari Isnin Baca Al-Fatihah 1x Hu dzatullah. Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah, 619x Hari Selasa Baca Al-Fatihah 1x La ilaha illahu, Muhammad wujudullah. La ilaha illallahu nuuri haqqullaah. La ilaha illallahu Muhammad astaghfirullaah. Kun shalli alaa Muhammad,142x Hari Rabu Baca Al-Fatihah 1x Bii kaana maa kaana wa bii kaanuu maa yakuunuu. Fa wujuudul awwaalimi bii,856x Hari Kamis Baca Al-Fatihah 1x Laa ma’budu bi haqqi illallah. Ushul daratul haqq, al insaanu sirri wa ana sirruhu, wa sirri shifaati, wa shifaati laghayri,1073x Hari Jumat Baca Al-Fatiha 1x La ilaha illallah shalatihim daa-imun, ana insan kamil mukammil,1837x Hari Sabtu Baca Al-Fatiha 1x La ilaha illallah wahdahu laa syariika lahu wa anna Muhammadan abduhu wa rasuuluhu. La ilaha ilaha illallah,4233x Perawatan ilmu bacalah al fatihah betina 3x atau 7x perhari sambil mengemut emas atau batu pirus. Aplikasi Baca syahadat 1x, salawat ibrahimiya 33x, surah Al fatihah 33x di setiap sampai pada ayat IYYAAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA’IN maka sebut nama anda beserta nama ayah dan ibu anda. Surah Al fath ayat terakhir 33x. Niat/tujuan. Al-Fatihah betina/makhrifat 1000x sambil mengemut secuil emas atau batu pirus Berdoa apa keinginan anda. KWA,2018
ASMAAL FATTAH UNTUK MEMBUKA PINTU RAHMAT & SEGALA HIJAB Tuhan memang telah mengkaruniai berbagai potensi dalam diri setiap manusia. Seperti akal pikiran, hati nurani, anggota badan yang sempurna. Namun meski setiap orang telah dibekali dengan semua itu, tapi ternyata tidak setiap orang bisa memanfaatkan potensi dirinya dengan baik dan maksimal.
Sebenarnya Sukma sejati, sukma jati, guru sejati atau guru murshid sama saja…cuma sebutannya saja yang berbeda…..ada juga yang menyebutnya dengan Nur Muhammad yang disebut Ruh idhlafi yang merupakan Hakikat Sukma dan ini merupakan kehendak dari Dzat Yang Maha Suci. Nur Muhammad adalah hakikat sukma yang diakui keadaan Dzat dan merupakan perbuatan Atma dan menjadi Wahana dalam Alam Arwah Martabat 7 dan dari Nur Muhammad inilah yang menimbulkan Unsur-unsur Kehidupan yang menjadi Asal muasal Kehidupan. Sukma sejati adanya pada kedalaman pribadi yang di pegang oleh Sang Pribadi…..melalui proses pengenalan diri sendiri maka muncullah cermin memalukan yang memberikan kenyataan kesadaran bahwa kotornya diri kita dan melalui proses selanjutnya maka kita bisa mulai mencari dan menemukan Sang Sukma sejati atau Adam Makna ……sama saja. Dan dalam proses menemukan yang di butuhkan adalah totalitas Kesadaran, Keikhlasan, Ketulusan dan Kebulatan Tekad hanya untuk MencintaiNya seutuhnya ……tanpa ketakutan akan neraka atau keinginan akan sorga….yang ada hanya Dia. Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan saudara 4 …ini sesuatu yang berbeda walaupun asalnya memang dari perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan atau di tundukkan oleh Sang Penguasa Sukma. Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati, mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di sebut punden sari atau saudara 4, dan ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan Penguasa Sukma sukma sejati melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo dalam hidup kita masih sering tergoda kehendak jasad. Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya melalui cakra-cakra yang berada tubuh kita sehingga bisa membangkitkan daya alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita melakukan sesuatu di luar nalar. Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan saudara 4 …ini sesuatu yang berbeda walaupun asalnya memang dari perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan atau di tundukkan oleh Sang Penguasa Sukma. Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati, mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di sebut punden sari atau saudara 4, dan ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan Penguasa Sukma sukma sejati melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo dalam hidup kita masih sering tergoda kehendak jasad. Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya melalui cakra-cakra yang berada tubuh kita sehingga bisa membangkitkan daya alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita melakukan sesuatu di luar nalar. Kenapa saya sebut sebuah perjalanan. Karena ini semua harus kita jalani sendiri, dengan mulai dari sebuah keraguan, pencarian, penemuan, pemahaman, kesadaran dan penyatuan…..dalam sebuah cinta kasih yang tulus, dengan pengorbanan yang tak terkira untuk sampai kesana…untuk sampai ke pantai dan melihat samudera…untuk melihat dimana semua sungai bermuara kembali . Seperti Bima bertemu Dewa Ruci. Bagaimana pertama kali kita akan dihadang oleh nafsu 4 perkara…..mula-mula sinar lutam, sinar merah, sinar kuning, sinar putih. Berakhirnya perjalanan ….Pada zaman karamatullah kelak, waktunya maqamijabah, yakni terkabulnya segala sesuatu, segala apa yang dikehendaki terlaksana, karena lenyapnya Mutdah yang merupakan Dzat hamba, tinggallah Wajah yaitu Dzat Tuhan yang bersifat kekal. Menuju cinta sejati …..adalah sebuah perjalanan yang penuh pengorbanan, saat hidup di kuasai rahsa maka nafsu menguasai jiwa, dan kita tidak akan mendapatkan atau menemukan apa-apa semuanya hanya semua, tidak abadi dan kekal. Betul sekali bahwa ortu, anak istri…dan semua yang kita dengar, lihat, rasa, endus…semuanya hanyalah pinjaman dan akhirnya toh harus kembali ke asal….itulah yang dinamakan Kesadaran… Jalan bertemu suksma sejati……adalah dengan menemukan Kesadaran dengan membersihkan jiwa, mengendalikan nafsu 4 menembus 3 cahaya akhir … pertama ; ikhlas, kedua ; rela pada hukum kepastian Allah, ketiga ; agar merasa tidak memiliki apa-apa, keempat ; harap berserah diri pada kehendak Allah Taala …. tidak ada yg menyerupainya ….kecuali anda tahu tempatnya, disinilah kadang di perlukan pembimbing…karena kadang banyak yang serupa atau menyerupai…tapi bukanlah yg sebenarnya. Dalam Kehidupan ini faktor yang sering dilupakan kita sebagai manusia yang kadang mentang-mentang sebagai khalifah pemimpin dan merupakan Tajali perwujudan dari Sang Maha Sempurna, adalah dari mana kita ” berasal ” dan bagaimana kita ” kembali ke asal “. Sehingga kadang kita melupakan bahwa bahwa kita terdiri dari 2 bagian…..yaitu yg bernama “Jasad” raga dan “Ruh” jiwa ……dan dalam menempuh hidup dan kehidupan, biasanya kita lebih banyak termakan dogma dari sebuah kehidupan yang mengandalkan atau menampilkan baju dari masing-masing sehingga hakikat atau makna dari dalam bajunya jarang tersentuh. Bagaimana Jasad atau raga itu adalah sebagai baju dari Ruh atau jiwa….jiwa menemukan raga begitu di dunia…..dahulu disana tiadalah memerlukan baju atau apapun, raga memerlukan makanan, minuman dan kebutuhan lainnya untuk bertahan di dunia, sedangkan jiwa merindukan tempatnya yang dahulu, dimana tidak memerlukan apapun di alam adam makdum….. Bagaimana sebuah raga begitu memerlukan perjuangan untuk bertahan hidup di dunia sehingga akhirnya kadang berbenturan dengan keinginan ruh yang tidak merindukan apa-apa, tetapi ruh tanpa raga adalah bukan siapa-siapa karena Keagungan Perwujudan Dzatullah tidak akan terlihat. Demi menjaga keseimbangan haruslah kita mempertimbangkan tentang keduanya…… bagaimana begitu kita berwujud sudah berbekal 4 nafsu inti, lawwammah, amarah, sufian dan muthmainah, yg apabila bicara seharusnya……harusnya adalah kita harus mematikan dalam wacana mematikan nafsu 4 perkara Mati nafsunya, setiap nafsu akan merasakan maut. Mati rohnya, maksudnya yang hilang rahsanya. Mati ilmunya, maksudnya yang mati atau yang berjurang imannya. Mati hatinya, maksudnya yang mati ucapannya dengan lisan. Dan yang melandasi hukumnya adalah ; Jalan untuk kesempurnaan Pati itu adalah Hidayatullah yang menandakan tempat yang telah diatur, serta hakikat hidup yang berada pada manusia. Kedudukan Pati petunjuk Allah taala, selamat dalam keadaan jati maksudnya bijaksana terhadap kesempurnaan sangkan paran. Bertemunya Pati itu tawakal maksudnya berserah diri kepada Allah taala, adapun bertemunya apti itu iradat Allah. Perkara Pati perbuatan Allah maksudnya merapakan kesempurnaan Dza yang bersifat Esa. Janganlah kita terpaku pada sebuah nama atau sebutan…..karena pasti akan menimbulkan perbedaan bahkan kekacauan dan berujung kehancuran. Dalam khasanah jawa disebut sukma sejati dan sejatining sukma, dalam khasanah islam disebut ruh idhafi atau nur muhammad atau ruh al quds ruh suci , dalam nasrani di sebut ruh kudus, dalam hindhu atma. Dalam perjalanannya kenapa disebut guru sejati atau guru mushid…..adalah pada saat kita mencari sesuatu yang murni atau sejati, abadi…..bahwa kita harus menyadari bahwa DzatNya ada pada sifat hidup kita dan yang pantas kita jadikan guru adalah hanya itu…..bukan yang lain yang sama dengan kita yang akan menjadi tanah lagi atau bahkan dari bangsa dilura manusia. Dalam khasanah yang berbeda keberadaan sukma sejati tidak bisa dilepaskan dari asal mula Tuhan menciptakan Ruh suci ini dalam bentuk makhluk untuk meneruskan penzhahiran yang [paling sempurna dalam peringkat Alam Ketuhanan Dzat Yang Maha Tinggi. Dan Tuhan menhendaki ruh itu turun ke alam fana ini di peringkat paling rendah, yaitu alam Ajsam alam kokret …..yang tujuan utamanya adalah untuk memberi pelajaran kepada Ruh suci itu dan untuk mengetahui pengalamannya dalam mencari jalan kembali kepada Tuhan. Dan dalam perjalanannya …dari tingkatyang paling tinggi sampai ke tingkat paling rendah , ruh suci menempuh berbagai alam atau peringkat….mulai dari semula turun ke peringkat Akal Semesta atau Kesatuan atau Hakikat Muhammad. Dan Ruh suci ini dihantarkan ke tempat yang paling rendah agar ia mencari jalan ke asalnya yaitu berpadu atau berdampingan denagn Tuhan seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah, dan tulang itu. Melalui hati yang ada dalam badan kasar ini, wajar bila ia menanam benih rasa kesatuan dan keesaan, dan ia akan berusaha menyuburkan rasa berpadu dan berdampingan dengan Tuhan yang menciptakannya. Dalam bumi hati itu ruh suci menanam benih keyakinan yang telah dibekalkan kepadanya oleh Tuhan dari alam Maha Tinggi dan benih itu diharapkan menjadi pokok keyakinan yang akan menghasilkan buah-buahan yang rasanya kelak akan membawa Ruh itu kembali naikke tingkat demi tingkat hingga sampai ke hadirat Tuhan. Penciptaan badan agar sukma sejati ruh dapat masuk dan menetap didalamnya, dan setiap ruh mempunyai nama tersendiri, dan Tuhan menyusun ruang-ruang dalam badan dan meletakkan ruh manusia diantara daging dan darah, dan meletakkan ruh suci ditengah hati manusia suatu ruang yang indah dan halus untuk menyimpan rahasia antara Tuhan dan hambaNya. Ruh-ruh itu berdiam diberbagai bagian anggota badan dengan tugas masing-masing. Keberadaannya seolah-olah berlaku sebagai pembeli dan penjual bermacam barang yang mendatangkan berbagai hasil. Perniagaan semacam inilah yang mendatangkan bentuk rahmat dan berkat dari Tuhan. Seharusnya manusia mengetahui kebutuhan dalam ruhaninya masing-masing, seharusnya tidak mengubah apa yang sudah ditetapkan atau ditakdirkan Tuhan kepadanya. Dada adalah tempat bersemayamnya ruh dalam diri setiap insan manusia, tempat yang berhubungan dengan panca indera ini bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan masalah syariat…..karena dengan ini Tuhan mengatur keharmonisan alam nyata. Ruh tidak pernah mengingkari perintah Tuhan, tidak mengatakan tindakannya itu sebagai tindakannya sendiri, tetapi lebih karena ia tidak mampu bercerai dengan Tuhan. Tuhan memberikan beberapa kelebihan bagi manusia yang memiliki ruhani yang tinggi pula ; pertama, kemampuan melihat bukti-bukti wujud keberadaan Tuhan didunia yang manifestasikan dalam sifat-sifat Tuhan, kedua…kemampuan melihat hal yang jamak dalam sesuatu yang tunggal dan sebaliknya dimata orang awam, ketiga…kemampuan melihat hakikat dibalik alam nyata dan keempat…perasaan dekat dengan Tuhan….inilah ganjaran karena keikhlasan dan ketulusan mencintaiNya dan berbuat semata-mata karena Dia. Namun inipun masih berkaitan dengan alam kebendaan, begitu pula hal2 yang dianggap luar biasa oleh sebagian orang seperti berjalan diatas air, terbang diudara, mendengar suara2 gaib, membaca sesuatu yang berada dibenak orang lain, dll…ini masih berpijak pada kebendaan atau alam nyata. Hendaknya dalam beramal shalih manusia tidak seperti “Pedagang” …yang selalu dalam melakukan sesuatu haruslah ada untungnya, apalagi ini dengan Tuhan. Ruh dalam Hati Hati adalah tempat bergeraknya ruh, dan ilmu yang mengulas tentang gerakan hati disebut ilmu thariqah. Kerjanya berkaitan dengan 4 nama Allah. Sebagaimana dengan 12 nama Dzat…4 nama ini tidak berhuruf dan tidak berbunyi, sehingga nama-nama itu tidak dapat diucapkan. Pada setiap peringkat dari 4 tingkatan yang dilalui oleh ruh terdapat 3 buah nama yang berbeda. Dan dengan cara ini Tuhan dapat memegang hati kekasihNya yang sedang dalam perjalanan cinta menuju kepadaNya. Ada 7 titik, yang 3 merupakan titik inti dan yang 4 adalah pendamping dan apabila diolah nantinya akan akan berhubungan dengan 9 lubang di badan kita. Cara pengolahannya ada beberapa cara ; 1. Dengan berpuasa lahir dan batin, bukan berpuasa hanya puasa lahir tapi batin juga karena lahir hanya menggembleng lahir saja jasmani , tetapi batin akan meggembleng lahir dan batin. 2. Meditasi, dengan pengolahan nafas secara benar dan teratur, kontinyu, karena nafas adalah tali jiwa. 3. Dengan adanya pembukaan titik melalui orang lain yang bisa membukanya…..tetapi biasanya ini kurang membuat kita lebih matang dan kurang bisa mengolahnya dengan baik nantinya….karena kendala setelah itu akan banyak. Dalam islam, kalimat La ilaaha illallaah itu melahirkan 12 nama Allah, setiap nama tercantum pada setiap hurufyang menyusun kalimat tersebut. Dan Allah akan memeberikan nama kepada setiap huruf dalam proses kemajuan hati seseorang itu. 1. Lailaha illallaah Tiada Ilah kecuali Allah 2. Allah Nama Dzat 3. Huwa Dia 4. Al-Haqq Yang Benar 5. Al-Hayy Yang Hidup 6. Al- Qayyum Yang berdiri sendiri kepadaNya segala sesuatu bergantung 7. Al-Qahar Yang Maha Berkuasa dan Perkasa 8. Al-Wahab Yang Maha Pemberi 9. Al-Fattah Yang Maha Pembuka 10. Al-Wahid Yang Satu 11. Al-Ahad Yang Maha Esa 12. As-Shamad Sumber, puncak segala sesuatu Hati adalah tempat bergeraknya ruh dan ruh selalu memandang ke alam Malakut’ yang identik dengan kebaikan, dan dialam ini ruh dapat melihat surga alam malakut beserta para penghuninya, cahaya, dan para malaikat yang ada didalamnya. Dan dialam inilah ruh ruh bergerak dan melakukan percakapan-percakapan tanpa kata dan suara, dan dalam percakapan itu pikiran akan selalu berputarmencari rahasia-rahasia atau makna dalam batin. Ruha yang bergerak akan melalui berbagai tingkatan dalam perjalanannya. Dan tempat ruh yang telah mencapai tingkatan tinggi adalah di tengah hati, yaitu Hati bagi Hati. Yang sangat berhubungan dengan Sukma Sejati adalah bagaimana kita mengetahui dan memahami tentang “Rasa Sejati” …..bagaimana pembentukan rasa sejati adalah sebagai berikut Eka Kamandhanu, artinya kandungan berumur satu bulan mulai bersatunya kama laki-laki dan perempuan. Dari detik ke detik, kama tersebut menggumpal dan merajut angan-angan untuk mencipta embrio. Kama tersebut menyatu padu dalam kandungan ibu menjadi benih unggul dan keadaan benih belum begitu kelihatan besar dalam perut ibunya. Saat itu biasanya wajah ibu berseri-seri karena itu sering dinamakan Eka Padmasari artinya sari-sari bunga sedang berkumpul dalam kandungan ibu, dalam keadaan penuh kegembiraan. Pada saat ini hubungan seksual masih diperbolehkan, bahkan dimungkinkan hubungan akan semakin hangat karena kedua pasangan tengah akan menikmati anugerah Tuhan yang sebelumnya telah dinanti-nantikan. Detik keberhasilan hubungan seksual ini akan menjadi spirit hidup sebuah pasangan. Dwi Panunggal, umur kandungan dua bulan. Pada saati ini juga boleh melakukan hubungan seks. Dalam istilah jawa disebut nyepuh ibarat seorang empu sedang membuat keris, semakin banyak nyepuh artinya menambah kekuatan magis keris, keris akan semakin ampuh. Juga hubungan seks pada waktu hamil muda akan semakin hangat dan menarik kedua pasangan, biasanya seorang wanita pada tahap ini ingin jalan-jalan pagi, ingin plesir ke tempat yang sejuk, indah dan mempesona, karena itu disebut pula dwi amratani, artinya rata kemana-mana, bepergian kemana-mana sebagai ungkapan kesenangan dan juga sambil memikirkan nama yang mungkin akan diberikan kepada anaknya kelak. Tri Lokamaya, artinya umur benih tiga bulan kandungan, dan benih masih berada dalam alam maya. Benih belum ada roh yang ditiupkan, karena itu suasananya gondar-gandir atau gawat. Jika hubungan seks tidak hati-hati kemungkinan besar benih tadi bisa gugur dan terjadi pendarahan. Maka ada baiknya mengurangi kuantitas hubungan seks, dan menghindari percekcokan atau sering marah-marah, karena secara psikologis akan mengakibatkan benih gugur karena merasa panas, ini artinya hubungan yang harmonis dalam keluarga amat menentukan kondisi benih yang dikandungan. Pada saat ini sikap selalu bersolek diri seseorang pasangan sangat menentukan. Karena itu candra benih tiga bulan sering dinamakan trikawula busana, artinya wanita sudah berpikir masalah pakaian seperti daster, pakaian bayi, dll, hal ini memungkinkan wajah wanita akan lebih berseri-seri bagai bulan purnama dan lebih cantik jelita. Catur Anggajati, benih berumur empat bulan mulai terbentuk organ-organ tubuh secara lengkap. Benih unggul telah berbentuk manusia. Karena itu telah menghisap sari-sari makanan melalui sang ibu, umur seperti ini juga sudah ditiupkan roh sehingga benih telah hidup, sebagai tandanya sering bergerak. Karena itu hubungan seks yang berlebihan kurang baik pada saat ini, bahkan hubungan seks atas bawah akan berbahaya bagi benih dalam kandungan. Saat ini pula benih mulai merekam denyut hidup kedua pasangan. Karenanya kedua pasangan jangan berbuat hal-hal yang tidak baik atau terjadi penyelewengan akan berbahaya bagi benih bayi tersebut. Candra benih berumur empat bulan disebut catur wanara rukem, artinya tingkah laku ibu akan seperti kera yang sedang diatas pohon rukem, dia mulai nyidam buah-buahan yang asam dengan cara lotisan dan akan sangat aneh-aneh sehingga membutuhkan kesabaran bagi pasangan, kadang kurang wajar. Ia mendapat tambahan otak, karena itu sudah punya keinginan. Panca Yitmayajati, artinya benih berumur lima bulan, dan benar-benar telah hidup, dan hubungan seks harus dilakukan lebih hati-hati, agar memperhatikan posisi sehingga tidak merugikan benih, dan pasangan harus telah tumbuh keberanian untuk menghadapi resiko lahirnya seorang bayi nanti. Karenanya candra benih berumur lima bulan sering dinamakan panca sura panggah, ada keteguhan dan keberanian menghadapi rintangan apapun ketika pasangan hamil lima bulan, tentu saja dari aspek materi jelas memerlukan persiapan berbagai hal. Mendapatkan tambahan otot mulai bergerak erlahan-lahan. Sad Lokajati, benih berumur enam bulan semakin besar, karena itu kedua pasangan harus lebih berhati-hati. Karena itu candra benih dinamakan sad guna weweka, artinya mulai bersikap hati-hati dalam bertindak dan bertutur kata, jika diantara pasangan ada yang berbuat kasar, mencaci maki apalagi berbuat keji akan mengakibatkan benih yang dikandung tidak baik, bahkan suami dilarang membunuh binatang karena secara insting benih sudah dapat merekam keadaan sekelilingnya. Mendapatkan tambahan tulang karena itu ia bisa naik turun, jungkir balik. Sapta Kawasajati, umur benih tujuh bulan telah lengkap semua organ dan cipta, rasa, serta karsa, karena itu apabila ada bayi yang lahir pada umur tujuh bulanpun dimungkinkan. Dalam tradisi jawa sering dilakukan ritual mitoni dengan maksud memohon agar bayi yang akan lahir diberi kelancaran, dan pada waktu ini hubungan seks dilarang sama sekali, kalaupun dilakukan harus diperhatikan secara ekstra hati-hati posisi diperhatikan . Karena candra bayi tuuh bulan adalah sapta kulilawarsa artinya seperti burung yang terguyur air hujan, merasa letih. Lelah, dan sedikit pucat, kurang bergairah dan perlu pengertian dari pasangan. Dan ia memperoleh tambahan rupa, dan mendapat tambahan Kodrat dari Allah Ta’ala sperti rambut, darah dan daging. Astha Sabdajati, benih berumur delapan bulan biasanya siap lahir, siap menuju dunia besar setelah bertapa dalam kandungan. Bayi hampir weruh padange hawa, ingin menghirup udara dunia yang sesungguhnya. Saat ini hanya timbul sikap pasrah untuk menghadapi perang sabil. Candra bayi adalah astha sacara-cara, artinya terjadi sikap berserah diri dengan cara apapun bayi akan lahir ibunya telah siap sedia bahkan siap berkorban jiwa raga. Manakala bayi umur delapan bulan belum mapan posisinya, tentu sang ibu akan gelisah. Untuk itu ada gugon tuhon juga agar ibu dilarang makan buah yang melintang posisinya, seperti kepel, agar posisi bayi tidak melintang yang akan menyulitkan kelahiran. Calon anak sudah dapat mengoperasikan saudara yang empat, sbb; Pertama kakawah air ketuban Kedua bungkus Ketiga ari-ari Keempat darah Kakawah artinya menjadi pengasih, bungkus menjadi kekuatan, darah menjadi waliyas mati, harus diketahui bahwa Kakawah itu adalah malaikat Jibril, bungkus adalah Mikail, ari-ari adalah Malaikat Israfil, dan darah adalah malaikat Izrail. Jibril pada kulit, Mikail pada tulang, Israfil pada otot, Izrail pada dagingakhirnya selamatlah sentosa, semua itu tidak kelihatan karena Kodrat Allah. Nawapurnajati, bayi telah mendekati detik-detik lahir, yaitu sembilan bulan, dan tentu yang tepat sembilan bulan sangat jarang. Pada saat itu memang keadaan bayi dan ibunya sangat lelah, karena itu candra suasana disebut nawa gralupa artinya keaaan sangat lemas, tak berdaya, seperti orang lapar dan dahaga. Apalagi setelah sembilan bulan sepuluh hari dengan candra khusus dasa yaksa mati, artinya seperti raksasa mati terbunuh ksatria-seorang ibu setelah melahirkan bayi. Oleh karena itu hubungan seksual sangat dilarang, paling tidak kurang lebih 40 hari seorang suami harus berpuasa. Sembilan langkah tersebut diatas di harapkan pasangan suami istri dapat menjalankan sesirik prihatin , ibarat sedang bertapa gaib. Segala tingkah laku akan menjadi cerminan hidup anak yang masih dalam kandungan. Itulah sebabnya sikap dan perilaku dijaga baik-baik dengan tujuan manembah dan karyenak tyasing sesama, maksudnya hubungan vertikal selalu harus terus menerus dan hubungan dengan sesama mahkluk agar jangan sampai berbuat diluar kewajaran. Ada empat yang dianugerahkan Allah Ta’ala dengan KodratNya ; Pertama Budi Kedua Rahsa Ketiga Angan-angan Keempat Hidup Hubungi Via SMS 082135898112/081225377948 Langsung dengan Abah Eddye PIN BB 33110706
AlFatihah Sejati shares. GoKoKi | 2:00 PM | Follow. Bagikan di Facebook Bagikan di Twitter. google.com, pub-8589934621876533, DIRECT, f08c47fec0942fa0 google.com, pub-8589934621876533, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Ilmu terapy al fatihah. Ketikkan komentar di sini. Jadi kalau 11x al fatihah ya 11x tarikan nafas. Oleh karena itu para ulama kita
Jakarta Surah Al Fatihah punya banyak keistimewaan. Surah pertama dalam Al Quran ini disebut sebagai inti dari keseluruhan isi kitab suci umat Islam tersebut. Surah Al Fatihah punya banyak kandungan ilmu di dalamnya. Imam Nawawi Al Bantani dalam kitabnya berjudul Marah Labid li Kasyfi Ma’na Qur’anin Majid menyebut setidaknya ada empat kandungan pokok ilmu dalam surah ini. وهي مشتملة على أربعة أنواع من العلوم “Ia mencakup empat jenis ilmu,” tulis Imam Nawawi Al Bantani dalam kitabnya. Empat jenis ilmu yang terkandung dalam Al Fatihah itu adalah ilmu ushul atau ilmu prinsip agama, ilmu furu’ atau ilmu cabang agama, ilmu tahshilil kamalat atau ilmu akhlak dan ilmu sejarah. Surah Al Fatihah terdiri dari tujuh ayat. Surah yang wajib dibaca saat salat ini turun di Kota Madinah. Sebagian ulama tafsir menilai bacaan basmalah termasuk ayat dalam Al Fatihah. Berikut penjelasan empat ilmu yang terkadung dalam surah Al Fatihah. 180 Nama Bayi Perempuan Islam dalam Al-Quran Beserta Artinya Live Streaming Indosiar FTV Pintu Berkah Cita-Cita Anak Pemulung yang Ingin Menjadi Penghapal Al-quran, Kamis 21 Januari 2021 Pemkot Kediri Bagi-Bagi Al-Quran Braile untuk Penyandang Tunanetra 1. Prinsip Agama Prinsip agama yang terkandung dalam Al Fatihah ini mencakup mencakup masalah ketuhanan, kenabian, dan kebangkitan hari kiamat. Secara umum ilmu ushul berkaitan dengan keyakinan atau keimanan. Materi ketuhanan terdapat dalam kalimat “Alhamdulillāhi rabbil alamin. Arrahmanir rahim” atau “segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Yang maha pengasih, lagi maha penyayang.” Materi kenabian termaktub dalam kalimat “alladzina anamta alaihim” atau “mereka yang Kauberi anugerah” Materi kebangkitan hari kiamat terdapat dalam kalimat “māliki yaumid dīn” atau “penguasa hari agama atau kebangkitan” 2. Cabang Agama Ilmul furu’ merupakan ilmu cabang yang menjadi turunan dari ilmu ushul itu sendiri, ia juga sering disebut ilmu syariat. Ini mencakup ibadah, baik ibadah sosial melalui harta yang kita punya maupun ibadah individual. Kandungan ilmul furu’ tertuang dalam kalimat “iyyaka nabudu” atau “hanya kepada-Mu kami menyembah.” Saksikan Video Pilihan Berikut IniBacaan Al-Qur'an Merdu Menenangkan Hati Surat Yasiin 36.
Apapunalasan Anda untuk mencari artikel tentang ilmu kekayaan sejati rahasia hizib al fatihah, yang pasti kunjungan Anda di situs ini tidak akan sia-sia karena di halaman yang Anda buka dan baca ini memuat konten artikel yang lengkap yang berkaitan dengan informasi tentang ilmu kekayaan sejati rahasia hizib al fatihah yang sedang Anda cari.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Arab-Latin Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īnArtinya Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Al-Fatihah 4 ✵ Al-Fatihah 6 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangHikmah Mendalam Terkait Dengan Surat Al-Fatihah Ayat 5 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Fatihah Ayat 5 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam hikmah mendalam dari ayat ini. Terdokumentasikan beragam penjelasan dari beragam ahli tafsir terkait makna surat Al-Fatihah ayat 5, antara lain seperti tercantum📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaKami mengkhususkan Engkau dengan ibadah, dankami hanya memohon pertolongan kepada Engkau saja dalam semua urusan kami Sebab semua urusan berada di tangan-Mu, tidak ada seorang pun selain mu yang memiliki sebesar biji sawi sekalipun darinya. Dan dalam ayat ini terkandung petunjuk bahwa seorang hamba tidak boleh melakukan sesuatu pun dari jenis-jenis ibadah seperti berdoa, Istighosah, menyembelih dan thowaf kecuali untuk Allah Semata, dan di dalamnya juga terkandung obat hati dari penyakit berupa bergantung kepada selain Allah, dan dari penyakit Ria, ujub dan sombong.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram5. Kami mempersembahkan segala jenis peribadatan dan ketaatan hanya kepada-Mu, dan kami tidak menyekutukan-Mu dengan siapapun. Hanya dari-Mu saja lah kami meminta pertolongan dalam semua urusan kami, karena di tangan-Mu lah segala macam kebaikan. Dan tidak ada penolong lain selain Engkau.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah5. Kesempurnaan dalam perhitungan, keagungan dalam mengatur, dan keindahan dalam membalas dan memuliakan kekasih-kekasih-Nya membuat Allah berhak diesakan dalam setiap ibadah. Oleh sebab itu, hanya kepada-Nyalah kita memohon pertolongan dan bersandar; sebab Dialah yang mengatur segala urusan makhluk-Nya. Dan termasuk dari pengaturan dan pemuliaan-Nya adalah Dia mengajarkan kepada kita bagaimana cara untuk mengesakannya dalam beribadah, sehingga kita dapat mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta meminta pertolongan-Nya. Dia juga mengajarkan bagaimana mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya إياك نعبد وإياك نستعينMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinahإِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Yakni, kami mengkhususkan ibadah hanya untuk-Mu dan kami mengkhususkan pertolongan hanya kepada-Mu, kami tidak menyembah selain-Mu dan kami tidak meminta pertolongan selain-Mu. Dan makna secara bahasa dari ibadah adalah batas terjauh dari tunduk dan taat; sedangkan makna secara syar’i adalah sesuatu yang terkumpul didalamnya kesempurnaan cinta, tunduk, dan takut. Penggunaan kata ganti “kami” dalam ayat ini dari sisi kebahasaan bahasa Arab sebagai ungkapan dari orang yang berdo’a dan orang lain, dan bukan dimaksudkan sebagai penghormatan diri. Sedangkan kata ibadah didahulukan dari kata permintaan pertolongan karena ibadah merupakan wasilah/jalan untuk meminta pertolongan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas terntang tafsir dari ayat ini إياك نعبد yakni Wahai Rabb kami hanya kepada-Mu kami mengesakan dan takut, tak ada selain-Mu. وإياك نستعين dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan dalam menjalankan ketaatan-Mu dan dalam segala urusan kami, tak ada selain-Mu. Dan diriwayatkan dari Qatadah bahwa ia berkata Allah Ta’ala telah memerintahkan kalian agar ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan agar senantiasa memohon pertolongan dalam segala urusan kalian.📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia1 . Muhammad bin 'Auf al-Hamshy berkata "suatu ketika aku melihat Ahmad bin al-Hawari melaksanakan shalat Isya', dia mengawali shalatnya dengan { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } sampai ketika ia membaca { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } , aku kemudian keluar menglilingi pembatas, kemudian aku kembali dan ternyata ia masih membaca ayat ini sampai aku tertidur, malam pun lewat sampai aku terbangun, dan ia masih membaca { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } sampai waktu subuh tiba". 2 . Ibnu mengatakan "Aku mengamati bahwa doa yang paling bermanfaat bagi seorang hamba adalah ketika ia memohon bantuan atas keridhoan Allah ta'ala, kemudian aku melihatnya ada pada surah al-Fatihah { إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }. 3 . Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat untuk hati seorang hamba daripada tahuid dan ikhlas dalam beragama untuk Allah, dan tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya baginya daripada kesyirikan, maka ketika seorang hamba menemukan hakikat keikhlasan yang itu adalah hakikat daripada { إيَّاكَ نَعْبُدُ } bersama dengannya hakikat tawakkal yang merupakan hakikat dari { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } sesungguhnya ia telah menemukan sesuatu yang derajatnya lebih tinggi diatas apapun yang belum ditemukan oleh orang selainnya. 4 . Diantara manusia banyak yang menyandingkan dua sifat buruk ini dalam diri mereka yakni riya' dan 'ujub; ketika ia berbuat riya' maka ia telah mensekutukan atau menyandingkan sang pencipta dengan selainnya, dan ketika ia berbuat 'ujub maka ia telah menyandingkan sang pencipta dengan dirinya yang lemah, dan keduanya adalah sifat atau keadaan orang-orang yang menyombongkan diri, karena orang yang berbuat riya' tidak mngamalkan firman Allah { إيَّاكَ نَعْبُدُ } sedangkan orang yang berbuat 'ujub tidak merealisasikan firman Allah { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }. 5 . Dalam ayat kata ibadah didahulukan sebelum isiti'anah, hal itu dikarenakan ibadah adalah hak Allah atas hamba-Nya, adapun isti'anah adalah keinginan setiap hamba, dan tabi'at kehidupan adalah seorang hamba mengutamakan apa yang menjadi penyebab diperolehnya ridho tuhannya sebelum memohon kepada-Nya sesuatu, dan itu merupakan sikap rendah diri dihadapan Allah, karena ibadah adalah sebab terkabulnya permintaan seorang hamba. 6 . Hati manusia dihadapkan dengan dua jenis penyakit yang berbahaya, jika ia tidak mampu mencegah keduanya maka penyakit itu akan menghantarkannya kepada kebinasaan yang pasti, yaitu riya' dan sombong, dan penawar yang terbaik untuk riya' adalah dengan { إيَّاكَ نَعْبُدُ }, sedangkan penawar untuk kesombongan adalah dengan { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }. Sebagaimana yang juga disebutkan oleh Ibnu al-Qoyyim yang diriwayatkan dari gurunya Ibnu Taimiyyah rahimahullah, bahwasanya { إيَّاكَ نَعْبُدُ } menolak sifat riya', dan { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } menolak kesombongan dari hati manusia. 7 . Seorang hamba butuh memohon pertolongan kepada Allah dalam mengerjakan perintah dan menghindari segala larangan dan sabar atas taqdir yang ditetapkan atasnya, baik ketika ia didunia dan ketika kematian menghampirinya serta apa yang akan terjadi padanya di alam barzakh dan ketika kiamat itu terjadi, dan tidak siapapun yang mampu memberinya pertolongan atas itu semua kecuali Allah, maka barang siapa yang dapat merealisasikan perkara isti'anah ini hanya kepada-Nya, niscaya Allah akan menolongnya. 8 . Segala upaya yang membatalkan jernihnya keikhlasan seseorang; tidak lain adalah upaya yang membatalkan perjanjian antara hamba dengan Allah, dan merupakan pengkhianatan terhadap-Nya, bagaimana tidak ? ketika kamu memutuskan kesaksian atas dirimu di pagi dan sore hari dengan { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } kemudian kamu berpaling dibelakangan-Nya kepada selain-Nya ! maka siapakah yang dapat melindungimu setelah itu dari azab Allah ? 9 . Seorang pentadabbur berkata "begitu banyak aku shalat dibelakang syaikh Abdurrahman ad-Dausary, dan aku tidak mengetahui berapa kali dia membaca surah al-Fatihah tanpa menangis, khususunya ketika ia membaca { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } . 10 . Seorang hamba tidak akan mampu mencapai kedudukan taufiq dan kebajikan hanya dengan hasrat, tetapi harus dengan meminta kepada siapa yang mampu mengahantarkannya kepada kedudukan itu, dan selalu merasa bahwa dia perlu dengan pertolongan itu, tetapi permohonann itu harus dengan hati dan lisan yang senantiasa didukung oleh segala warna ubudiyah qolbiyah dan badaniyah { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri SuriahKami khususkan kepadaMu, Ya Allah, ibadah dan permohonan pertolongan kami. Kami tidak akan menyembah dan meminta pertolongan kepada selain EngkauMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Hanya kepada Engkaulah kami menyembah} Hanya kepada Engkaulah kami mengkhususkan segala bentuk peribadatan {dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan} dan Hanya kepada Engkaulah kami mencari pertolongan dalam segala hal📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 HLafaz iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in Hanya kepada engkau kami menyembah dan hanya Kami memohon pertolongan Maksudnya kami menghususkan ibadah dan memohon pertolongan hanya kepada Engkau. dimaknai demikian mendahulukan suatu kata yang menjadi objek menunjukkan suatu pembatasan, yaitu menetapkan hal tersebut bagi yang disebutkan dan meniadakannya dari selainnya. maka seolah-olah berkata, “kami menyembahmu dan tidak menyembah selain dirimu, kami meminta pertolongan kepadamu tidak meminta pertolongan kepada selain diri-Mu”. Dan didahulukannya penyebutan ibadah daripada permintaan akan pertolongan adalah di antara bentuk mendahulukan penyebutan hal yang umum dari hal yang khusus. Serta perhatian dalam mendahulukan hak-hak Allah daripada hak hamba-nya. Ibadah adalah sebuah kata yang mencakup apa saja yang dicintai oleh Allah dan diridhoi-nya berupa perbuatan maupun perkataan baik yang nampak atau yang tersembunyi. dan memohon pertolongan adalah Bersandar kepada Allah dalam mendapatkan kemaslahatan dan menolak kemadorotan diiringi dengan keyakinan yang kuat kepadanya dalam mewujudkan semua itu. Melaksanakan ibadah kepada Allah dan memohon pertolongan kepadanya merupakan jalan bagi sebuah kebahagiaan yang abadi keselamatan dari segala kejahatan. maka tidak ada cara dalam mendapatkan keselamatan kecuali dengan melaksanakan kedua hal tersebut. Sesungguhnya sebuah ibadah itu dianggap sebagai ibadah apabila ibadah tersebut diambil dari contoh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang dilaksanakan dengan tujuan mencari wajah Allah Semata. Dengan kedua faktor ini jadilah perbuatan tersebut menjadi sebuah ibadah. Disebutkannya “permohonan pertolongan” setelah “ibadah”, padahal sebenarnya memohon pertolongan itu adalah bagian dari ibadah tersebut hal ini karena kebutuhan hamba dalam seluruh ibadah-ibadah mereka kepada meminta pertolongan kepada Allah, sebab bila Allah tidak menolongnya maka tidak akan terwujud untuknya sesuatu yang dikehendakinya dari pelaksanaan perintah maupun menghindari larangan.📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid NabawiMakna kata Iyyaaka adalah dhomir kata ganti dalam posisi nashab, ditujukan untuk mengajak bicara satu orang. Na’budu artinya Kami ta’at kepada Mu dengan seluruh ketundukan, cinta, dan pengagungan. Nasta’iin artinya Kami memohon pertolongan-Mu untuk kami agar dapat menta’atiMu. Makna ayat Allah Ta’ala mengajari hamba-hambaNya tata cara bertawassul kepada-Nya agar Dia mengabulkan doa hamba-Nya. Yaitu dengan ucapanNya Pujilah Allah Ta’ala dan sanjunglah serta agungkanlah Dia. Berlakulah konsisten dengan hanya beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya. Mintalah pertolongan kepadaNya dan jangan meminta pertolongan kepada selainNya. Pelajaran dari Ayat 1. Adab dalam berdoa, ketika seseorang akan berdoa hendaklah memulai dengan memuji Allah, menyanjungNya, dan mengagungkanNya. Kemudian ditambah dengan mengucap shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wasallam, setelah itu baru meminta apa yang dibutuhkan. Hal itu lebih dekat untuk terkabulnya doa. 2. Jangan menyembah selain Allah Ta’ala dan jangan meminta pertolongan dalam hal yang hanya mampu dilakukan oleh Allah, pent kepada dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir / Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri et. IBADAH MENURUT BAHASA DAN ISTILAH SYARA’AT Menurut bahasa ibadah bermakna kehinaan. Dikatakan “Thariqun mu’abbad wa ba’iirun mu’abbad jalan yang diratakan dan unta yang dijinakkan, maksudnya ditundukkan. Adapun menurut istilah syar’i, ibadah adalah sebuah ibarat bagi terkumpulnya cinta, ketundukan dan rasa takut yang sempurna. FAEDAH DIHAHULUKAN DAN DIULANGI OBJEK SERTA FAEDAH ILTIFAAT PERPINDAHAN DARI KATA GANTI KE-3 MENJADI KE-2 Didahulukannya objek yaitu kalimat إِيَّاكَ dan setelah itu diulangi lagi, bertujuan untuk memberi perhatian dan pembatasan. Maksudnya “Kami tidak beribadah kecuali hanya kepada-Mu, dan kami tidak bertawakkal kecuali hanya kepada-Mu.” Inilah puncak kesempurnaan dalam taat. Agama ini secara keseluruhan kembali kepada dua makna di atas. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Salaf, bahwa surat al-Fatihah adalah rahasia al-Qur’an dan rahasia al-Fatihah terletak pada [إياك نعبد وإياك نستعين] “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” Penggalan pertama merupakan pernyataan berlepas diri dari kesyirikan. Sedangkan penggalan kedua merupakan sikap berlepas diri dari upaya dan kekuatan serta berserah diri kepada Allah . Makna seperti ini tidak hanya terdapat dalam satu ayat al-Qur’an saja, dalam ayat lain Allah berfirman وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” 123. قُلْ هُوَ الرَّحْمَٰنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ “Katakanlah "Dia-lah Allah yang Maha Penyayang Kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah Kami bertawakkal. kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata". Al-Mulk29 Juga firman-Nya dalam ayat yang mulia ini, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ “Hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” Adanya perubahan bentuk gari orang ketiga kepada lawan bicara huruf kaf, karena ketika seseorang memuji Allah maka seolah-olah dia dekat dan hadir di hadapan Allah Ta’ala. Karena itu Allah berfirman إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ “Hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” AL-FATIHAH ADALAH PETUNJUK AGAR KITA MEMUJI ALLAH, MAKA KITA WAJIB MEMBACANYA KETIKA SHALAT Ini merupakan dalil bahwasanya awal-awal surat al-Fatihah merupakan pemberitahuan dari Allah yang memberikan pujian kepada diri-Nya sendiri dengan berbagai sifat-Nya agar memuji-Nya dengan pujian tersebut. Oleh karena itu tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca al-Fatihah di dalamnya, sedangkan ia mampu melakukannya, sebagaimana hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Ubaidah bin as-Shamit , beliau berkata “Rasulullah bersabda لَا صَلاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الكِتَابِ “Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah.” Dalam Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah , dari Rasulullah , baginda bersabda قَالَ اللهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي - وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي - فَإِذَا قَالَ {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ}قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ. “Allah berfirman 'Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu setengah-setengah, dan hambaku mendapatkan apa yang dia minta. Apabila seorang hamba membaca; 'Alhamdulillahi rabbil 'alamin.’ Allah menjawab; Hamba-Ku telah memuji-Ku.’ ketika seorang hamba membaca; Arrahmaanir rahiim.’ Allah berfirman; Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.’ ketika seorang hamba membaca; Maaliki yaumid diin.’ Allah berfirman; Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku.’ ketika seorang hamba membaca; Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin.’ Allah berfirman; Inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, sedangkan bagi hamba-Ku apa yang di mintanya.’ ketika seorang hamba membaca; Ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathal ladziina an'amta 'alaihim ghairil maghdluubi 'alaihim waladl dllaallliin.’ Allah berfirman; Inilah bagian dari hamba-Ku, dan baginya apa yang di minta.’" TAUHID ULUHIYAH Imam ad-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas , beliau berkata [إِيَّاكَ نَعْبُدُ] “Hanya kepada-Mu kami beribadah,” maksudnya hanya Engkau semata yang kami esakan, kami takuti dan kami harapkan wahi Rabb kami, bukan selain-Mu.” [وَإيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ] Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan,” karena ibadah kepada-Nya merupakan tujuan. Meminta pertolongan merupakan sarana untuk mendapatkannya, dan perkara yang didahulukan adalah perkara yang lebih penting dan seterusnya. Wallahu a’alam. PENYEBUTAN NABI SEBAGAI HAMBA YANG MERUPAKAN KEDUDUKAN TERTINGGI Allah telah menyebut Nabi sebagai hamba-Nya yang merupakan bukti baginda memiliki kedudukan mulia. Allah berfirman الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا ۜ “segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al kitab Al-Quran dan Dia tidak Mengadakan kebengkokan di dalamnya.” Al-Kahf1 Firman-Nya وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah Muhammad berdiri menyembah-Nya mengerjakan ibadat.” Al-Jinn19 سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam.” Al-Israa1 Allah menyebut nabi-Nya dengan sebutan hamba ketika menurunkan kepadanya al-Qur’an, ketika baginda berdakwah dan ketika diperjalankan pada malam Isra’. BIMBINGAN AGAR BERIBADAH KETIKA DADA TERASA SEMPIT Allah membimbing Rasulullah untuk senantiasa menjalankan ibadah ketika hati merasa sesat akibat pendustaan orang-orang yang menentangnya. Allah berfirman وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ “Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud shalat. Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini ajal.” Al-Hijr97-99📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 HFirman Allah Ta’ala } إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ{ “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” QS. Al-Fatihah4 إِيَّاكَ [Iyaaka] “Hanya kepada Engkau” Kedudukannya dalam ilmu nahwu sebagai maf’ul bih yang dimajukan, Amilnya adalah نَعْبُدُ na’budu”Kami menyembah”. Tujuan dikedepankan dari amilnya untuk menghasilkan pembatasan makna, maka dari itu maknanya adalah Kami tidak menyembah kecuali hanya kepada Engkau. Maf’ul bih di sini dalam bentuk terpisah dengan amilnya karena tidak memungkinkan untuk disambung dengannya. نَعْبُدُ [Na’budu]“Kami menyembah” Maknanya adalah kami tunduk kepada-Mu dengan ketundukan yang sempurna. Oleh karena itu, anda akan mendapati orang-orang yang beriman meletakkan anggota badan yang paling mulia yakni kepala di tempat yang setara dengan kaki sebagai bentuk ketundukan kepada Allah Azza Wa Jalla, sujud di atas tanah, bahkan jidat pun menyapu debu, semua itu dilakukan atas dasar ketundukan kepada Allah Azza wa Jalla. Andai ada seseorang yang berkata Saya akan memberikanmu dunia seluruhnya tapi bersujudlah kepadaku” seorang mukmin tidak akan menurutinya selamanya, karena ketundukan hanyalah ditujukan kepada Allah Azza Wa Jalla saja. Ibadah juga mencakup segala perbuatan yang diperintah oleh Allah, dan meninggalkan segala larangan-Nya karena orang yang belum melaksanakan itu semua maka ia tidak disebut orang yang menyembah, jika ia tidak melakukan perkara yang diperintahkan maka ia belum dikatakan hamba sejati dan jika belum meninggalkan segala larangan ia juga belum dikatakan hamba sejati, Hamba yang sejati adalah yang sesuai dengan keinginan syar’i yang ditentukan oleh Allah yang ia sembah. Karena ibadah mengharuskan seorang insan menegakkan setiap yang diperintahkan kepadanya dan meninggalkan semua yang dilarang kepadanya, dan semua itu tidak mungkin dapat terlaksana kecuali tanpa bantuan dari Allah, oleh karenanya, Allah Ta’ala berfirman } وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ{ “Dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” QS. Al-Fatihah4 Maknanya adalah kami tidak akan memohon pertolongan kecuali hanya kepada Engkau dalam melaksanakan ibadah dan kegiatan lainnya. Sedangkan al-Isti’anah artinya adalah meminta pertolongan, dan Allah Azza Wa Jalla mengumpulkan antara ibadah dan isti’anah atau dengan tawakkal pada beberapa ayat dalam al-Qur’an, karena ibadah yang sempurna tidak akan terlaksana kecuali dengan pertolongan Allah, bersandar, dan bertawakkal kepada-Nya. Faedah Di antara faedah ayat ini 1. Pemurnian ibadah hanya kepada Allah, ini sesuai firman-Nya } إِيَّاكَ نَعْبُدُ{ “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah” QS. Al-Fatihah4 Ditunjukkan dengan didahulukannya ma’mul dari Amilnya didahulukannya Iyaka dari na’abudu. 2. Pemurnian isti’anah permintaan pertolongan hanya kepada Allah Azza Wa Jalla, ini berdasarkan firman-Nya } وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ{ “Dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” QS. Al-Fatihah4 Ditunjukkan dengan didahulukannya ma’mul. Jika ada yang bertanya Bagaimana bisa dikatakan harus memurnikan isti’anah hanya kepada Allah padahal dalam ayat lainnya Allah Ta’ala berfirman }وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى{ “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa” QS. Al-Maaidah2 di dalamnya ada penetapan pertolongan selain dari Allah. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam juga bersabda وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهِ أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهِ مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ “ Engkau membantu seseorang saat menaiki tunggangannya, engkau mengambilkan dan mengangkat perbekalannya untuknya adalah sedekah ” 1 Jawabannya Meminta bantuan ada dua macam Pertama Meminta bantuan dengan bersandar sepenuhnya, maksudnya adalah anda tergantung pada Allah Azza Wa Jalla dan berlepas dari daya dan kekuatan anda. Yang seperti ini khusus untuk Allah Azza Wa Jalla. Kedua Meminta bantuan yang bermakna ikut serta dalam pekerjaan yang hendak engkau kerjakan, yang seperti ini dibolehkan selama orang yang dimintai bantuan masih hidup dan mampu membantu, karena ini bukanlah ibadah. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman { وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى } “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa” QS. Al-Maaidah2 Jika ada yang bertanya Apakah meminta bantuan kepada makhluk dibolehkan dalam kondisi apapun? Jawabannya Tidak, Meminta bantuan kepada makhluk hanya dibolehkan saat orang yang dibantu mampu membantu. Namun jika ia tidak mampu membantumu, maka anda tidak diperbolehkan meminta bantuan kepadanya, seperti meminta bantuan kepada penghuni kubur, hal ini haram dilakukan, bahkan termasuk syirik akbar. Karena penghuni kubur tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sedikit pun. Bagaimana mungkin bisa menolongnya?! Seperti meminta bantuan kepada yang ghaib tidak hadir pada perkara yang tidak mampu dilakukan. Misalnya meyakini bahwa ada wali di bagian timur dunia sana mampu membantunya dalam menyelesaikan perkara penting di negeri tempat tinggalnya. Ini juga adalah syirik akbar. Karena yang dimintai bantuan tidak akan mampu membantunya sedangkan ia berada ditempat yang sangat jauh di sana. Jika ada yang bertanya Bolehkan meminta bantuan sepada manusia pada hal yang diperbolehkan? Jawabannya Sebaiknya tidak meminta bantuan kecuali jika memang dibutuhkan atau jika ia tahu bahwa yang dimintai bantuan dimudahkan untuk memenuhinya lalu meminta bantuan agar mengantarkan rasa senang kepadanya. Dan hendaknya yang dimintai bantuan bukan dalam perkara dosa dan melampaui batas untuk tidak menerima permintaan itu.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Fatihah ayat 5 Ketika dengan keagungan ini, sebagai raja dan memiliki kasih sayang, maka Allah berhak untuk di ibadahi, yaitu mengkhususkan ibadah untuk-Nya dan permohonan dalam setiap urusan mereka makhluk dalam urusan keduniaan dan akhirat, dan oleh karena itu tidak diperkenankan untuk beribadah berpaling dari segala macam bentuk ibadah seperti doa, istighatsah kepada siapapun selain kepada Allah saja. Begitu juga tidak diperkenankan meminta pertolongan kepada selain Allah dari urusan yang tidak mampu dari selain Allah, begitu juga tidak diperkenankan bersandarnya hati dengan siapapun selain Allah, dan ini semua tidaklah menafikan sebuah sebab yang harus ditempuh. Telah lalu bahwasanya Allah memerintahk untuk beribadah dengan cara meminta kepada-Nya karena pentingnya hal tersebut, dan karena tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah karena sebab ibadah, Allah berfirman Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku Adz Dzariyat 56, berkata Ibnu Taimiyyah Ibadah adalah sebuah nama bagi seluruh apa yang Allah cintai dan ridhai dari ucapan dan amalan batin mapun yang dzahir. Dan Allah mengulangi kata iyyaka sebagai pengkhususan ibadah dan meminta pertolongan hanya kepada-Nya dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, diambil dari kata 'ibaadah yang artinya kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena keyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya disertai rasa cinta dan berharap kepada-Nya. Ditambahkan rasa cinta, karena landasan yang harus ada pada seseorang ketika beribadah itu ada tiga rasa cinta kepada Allah Ta’ala, rasa takut dan tunduk kepada Allah Ta’ala dan rasa berharap. Oleh karena itu, kecintaan saja yang tidak disertai dengan rasa takut dan kepatuhan, seperti cinta terhadap makanan dan harta, tidaklah termasuk ibadah. Demikian pula rasa takut saja tanpa disertai dengan cinta, seperti takut kepada binatang buas, maka itu tidak termasuk ibadah. Tetapi jika suatu perbuatan di dalamnya menyatu rasa takut dan cinta maka itulah ibadah. Dan tidaklah ibadah itu ditujukan kecuali kepada Allah Ta'ala semata. Dalam ayat ini terdapat dalil tidak bolehnya mengarahkan satu pun ibadah seperti berdo'a, ruku', sujud, thawaf, istighatsah/meminta pertolongan, berkurban dan bertawakkal kepada selain Allah Ta'ala. Nasta'iin minta pertolongan, terambil dari kata isti'aanah mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. Dalam ayat ini terdapat obat terhadap penyakit ketergantungan kepada selain Allah Ta'ala, demikian juga obat terhadap penyakit riya', 'ujub bangga diri dan sombong. Disebutkannya isti'anah kepada Allah Ta'ala setelah ibadah memberikan pengertian bahwa seseorang tidak dapat menjalankan ibadah secara sempurna kecuali dengan pertolongan Allah Ta'ala dan menyerahkan diri kepada-Nya. Ayat ini menunjukkan lemahnya manusia mengurus dirinya sendiri sehingga diperintahkannya untuk meminta pertolongan kepada-Nya Berdasarkan ayat ini juga bahwa beribadah dan meminta pertolongan kepada-Nya merupakan sarana memperoleh kebahagiaan yang kekal dan terhindar dari keburukan. Perbuatan dikatakan ibadah jika diambil dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan diniatkan ikhlas karena Allah Ta'ala. Perlu diketahui bahwa isti'anah meminta pertolongan terbagi dua - Isti’anah tafwidh, meminta pertolongan dengan menampakkan kehinaan, pasrah dan sikap harap, ini hanya boleh kepada Allah saja, syirk hukumnya bila mengarahkan kepada selain Allah. - Isti’anah musyarakah, meminta pertolongan dalam arti meminta keikut-sertaan orang lain untuk turut membantu, maka tidak mengapa kepada makhluk, namun dengan syarat dalam hal yang mereka mampu membantunya.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Fatihah Ayat 5Atas dasar itu semua, hanya kepada engkaulah kami menyembah dan beribadah dengan penuh ketulusan, kekhusyukan, dan tawakal, dan hanya kepada engkaulah kami memohon pertolongan dalam segala urusan dan keadaan kami, sambil kami berusaha keras. Kami memohon, tunjukilah kami jalan yang lurus, dan teguhkanlah kami di jalan itu, yaitu jalan hidup yang benar, yang dapat membuat kami bahagia di dunia dan di akhirat, serta dapat mengantarkan kami menuju dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikianlah kumpulan penjabaran dari beragam ahli tafsir terhadap isi dan arti surat Al-Fatihah ayat 5 arab-latin dan artinya, semoga bermanfaat untuk kita. Support syi'ar kami dengan memberi hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan Artikel Paling Banyak Dilihat Nikmati banyak materi yang paling banyak dilihat, seperti surat/ayat Ar-Rahman, Shad 54, Al-Ikhlas, Al-Kahfi, Al-Kautsar, Do’a Sholat Dhuha. Serta Al-Mulk, Asmaul Husna, Al-Waqi’ah, Al-Baqarah, Ayat Kursi, Yasin. Ar-RahmanShad 54Al-IkhlasAl-KahfiAl-KautsarDo’a Sholat DhuhaAl-MulkAsmaul HusnaAl-Waqi’ahAl-BaqarahAyat KursiYasin Pencarian an nur ayat 2 latin, surat almulk, al zalzalah latin, surat al fil dan artinya, surat al kahfi lengkap Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Սа իգιթитры
Еб ቪኙостառа
Еቫоклէճ атух
Խጱոլችчо еፃужωጳኯզዶс дрቯнጋцኞ еնоγυглец
Фոтупиц зиνաቮиκ ጳኄξሃ
Աբሾ ሯл
Евօ вևл αвωዖኀлиջиհ ስпотաλапυ
ፂоզዚψጱ охοቨец
Ղ иψоςещաшግ еδемօхиկак ሊሿտուчገкрխ
И оզоклиզሥх
Υτըгиλуպуጳ явробрուρո
Ιչуμиቂиլጋγ նθնи вопс
Щ ኂдеλиш
Ilmupelet al fatihah paling ampuh doa pemikat wanita jarak jauh tanpa puasa pelet lewat nama. Dan mereka semua mendapatkan manfaat atau hikmah yang berbeda beda namun benar benar mampu membantu diri sendiri dan orang lain. Moh syarifin juli 5 2018 at 12 19 am. Ilmu pelet khusus bereaksi menyusup ke dalam hati jantung dan pikiran.
wongalus Banyak di kampung-kampung, di desa-desa, dan dimana-mana kita menyaksikan para penganggur yang hidupnya lontang lantung, sehari-hari disibukkan dengan bermain judi, mabuk-mabukan dsb. Hal ini tentu saja memprihatinkan. Bukankah hidup itu perlu diisi dengan hal-hal yang berguna dan bermanfaat? Masih banyak kegiatan yang lebih positif. Berbuat baik dan penuh kemuliaan seperti membantu, menolong dan meneruskan risalah Rasulullah SAW sepanjang masa. Hal ini kiranya lebih penting dijadikan focus orientasi dibanding melakukan dan memikirkan hal-hal yang kurang berfaedah. Untuk sahabat-sahabat yang masih berusia muda, mari kita luruskan hidup selurus-lurusnya. Isi waktumu sebaik-baiknya agar kamu masa depanmu terang benderang. Waktu tidak pernah berulang lagi… Berikut ada amalan berupa rangkaian doa. Fadhilahnya apa? Fadhilahnya ada di dalam arti dan makna doa yang dirumuskan oleh Imam al Hadad itu. Amalkan dan istiqomahlah.. pasti jalan hidupmu akan berubah. Amalan ini dimulai dengan membaca Al Fatihah 1000 x selama 3/7 hari. Selanjutnya di akhir wirid al fatihah, akhiri dengan berdoa berikut ini ALLOHUMMA INNAA NASALUKA BIHAQQIL FAATIHATIL MU’AZHOMAH WASSAB’ILL MATSAANII AN-TAFTAHA LANAA BIKULLI KHOIR. WA AN TAJ’ALANAA MIN AHLIL KHOIR. WA AN TU’AA MILANAA YAA MAULAANAA MU’AAMALATAKA LIAHLIL KHOIR. WA AN TAHFAZHONAA FII ADYAA NINAA WA ANFUSANAA WA AHLINAA WA ASHHAA BINAA WA AHBAABINAA WAL MUSLIMIINA FII KULLI MIHNATIW WAFITNATIW WA BU’SIW WA DHOIR INNAKA WA LIYYUN KULLI KHOIR WA MUTAFADHDHILUM BIKULLI KHOIR WA MU’THII KULLI KHOIR. BIROHMATIKA YAA ARHAMARROOHIMIIN. ===== Ya Allah, Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu dgn haq surat al-Fatihah yg agung, dan tujuh ayat yg diulang-ulang, bukakanlah kepada kami segala kebaikan, jadikanlah kami golongan orang yg berbuat kebaikan, wahai Tuhan kami, kiranya kami dapat melakukan kebaikan, Engkau pelihara agama kami, jiwa raga kami, para keluarga kami, sahabat-sahabat kami, para kekasih kami, dan orang-orang muslim dari segala malapetaka, fitnah, keburukan dan kemudaratan. Sesungguhnya Engkau penolong segala kebaikan, yg mengkaruniakan segala kebaikan, yg memberikan segala kebaikan. Dengan Rahmat-Mu, Wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. ====== Demikian untaian doa yang bila diamalkan secara SUNGGUH-SUNGGUH dengan ditambah dengan TEKAD KUAT akan membawa perubahan dalam hidup kita, biidznillah.. terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr wb. 2013